Para ilmuwan akhirnya mengidentifikasi bahwa sebagian besar energi di komunitas hewan hutan hujan mengalir ke artropoda dalam jaringan makanan di tanah.
Sebaliknya, perkebunan memiliki distribusi energi yang sangat berbeda: jaring makanan di kanopi tidak terlalu kaya dan tidak begitu rumit, dan jaring makanan di dalam tanah juga mengalami perubahan.
Alih-alih komunitas artropoda yang beragam, hampir seluruh energi dialokasikan untuk spesies cacing tanah yang invasif. Karena perubahan ini, secara umum hanya terdapat sedikit pemangsaan dan jumlah serangga pemakan tanaman (seperti ulat dan kumbang) yang relatif tinggi di perkebunan.
“Sangat menarik untuk melihat bagaimana semua organisme berbeda ini terhubung, mulai dari artropoda kecil hingga burung, dari tanah hingga kanopi. Para ilmuwan jelas perlu menyelidiki hubungan semacam ini di berbagai bagian ekosistem, khususnya di kawasan yang keanekaragaman hayatinya terancam punah – seperti yang ada di bawah kaki kita!” tegas Anton Potapov
Dia merupakan peneliti utama dalam studi ini yang bekerja di University of Göttingen selama pengumpulan data dan kemudian di German Center for Integrative Biodiversity Research (iDiv).
“Konversi hutan hujan menjadi perkebunan tidak hanya menyebabkan penurunan besar keanekaragaman hayati, namun juga mengubah fungsi ekosistem,” jelas Profesor Stefan Scheu, penulis senior dan kepala Ekologi Hewan, University of Göttingen.
“Untuk pengelolaan ekosistem yang dikonversi secara berkelanjutan, kita perlu memahami bagaimana semua elemen dan koneksi ini terkena dampaknya. Pendekatan yang lebih holistik kemudian dapat dikembangkan untuk meningkatkan fungsi ekosistem baik di atas maupun di bawah tanah.”
Penelitian ini memanfaatkan pendanaan dari German Research Foundation (DFG) untuk Collaborative Research Center (990) yang berjudul “Ecological and Socioeconomic Functions of Tropical Lowland Rainforest Transformation Systems EFForTS.”
Para peneliti dari universitas-universitas di Hohenheim, Bern dan Cambridge juga terlibat dalam penelitian ini.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR