David menjelaskan, bahwa tata letak kuil Hatshepsut dirancang dengan cermat. Yang paling jelas, “posisinya disusun agar sejajar dengan sempurna dengan Kuil Amun di Karnak, di sisi sungai Nil yang berlawanan.”
Selain itu, penataan lintas pusatnya yang presisi dari timur ke barat mencerminkan jalur pergerakan matahari, atau menurut kepercayaan pada masa itu, jalur dewa Re.
Langkan batu mengapit jalur tengah, dijaga oleh singa-singa batu yang megah. Sebuah barisan tiang memisahkan halaman pertama dan kedua.
Untuk menyoroti kesalehan dan pengabdian Hatshepsut, relief menggambarkan dua obelisk besar dalam perjalanan menuju Kuil Amun di Karnak.
Di sekitar halaman kedua terdapat relief terkenal yang menunjukkan ekspedisi perdagangan yang dikirim Hatshepsut ke Tanah Punt, yang diyakini terletak di Tanduk Afrika.
Pohon mur dibawa kembali dari ekspedisi ini dan ditanam di kompleks kuil. Damarnya kemudian digunakan dalam ritual kuil.
Relief lainnya menggambarkan kelahiran ilahi Hatshepsut. Menurut legenda, dia dilahrikan oleh dewa Amun-Re dalam kunjungannya ke Ahmose, istri Thutmose I.
Di halaman paling atas, terdapat 24 patung yang besar dan juga tempat suci yang didedikasikan untuk pemujaan kerajaan, dewa matahari Re-Horakhty, dan Anubis.
Di bagian tengah halaman terakhir ini terdapat ruang terdalam kuil, tempat suci yang didedikasikan untuk Amun-Re. Di dalamnya terdapat tiga ruangan yang berdampingan yang dihiasi dengan adegan Hatshepsut dan dewa Amun.
Tempat suci Amun-Re adalah tempat utama untuk upacara yang dirayakan setiap tahun di Thebes: Festival Lembah yang Indah. Relief yang sudah rusak parah yang membentang di sepanjang halaman atas kuil Hatshepsut menggambarkan perayaan tersebut.
“Setelah kematiannya, Hatshepsut sengaja dilupakan oleh Thutmose III. Dia memerintahkan pembongkaran semua patung, monumen, dan representasi dirinya, termasuk penggambaran di kuilnya,” jelas David.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR