Setelah itu, pengunjung bisa berendam di pemandian air hangat dengan air yang dipanaskan oleh anglo perunggu. Yang lain menghabiskan waktu berjudi dengan teman. “Konon dadu dan benda permainan lainnya, seperti tulang buku jari, telah ditemukan di pemandian Romawi,” tambah Venner.
Penemuan jarum dan tekstil di sisa-sisa arkeologi pemandian mengisyaratkan aktivitas menenun dan menjahit saat berada di pemandian.
Setelah tepidarium, saatnya menuju caldarium atau ruangan panas. Di sini, panas dari hipocaust, yang terletak di ruangan sebelah, akan menjadi yang paling intens.
Pemanasan sentral dan pasokan air
Meskipun unsur-unsur hipocaust sudah ada sebelum periode Republik Romawi, rancangannya disempurnakan oleh bangsa Romawi pada abad ke-2 SM.
Inovasi ini berupa pilar-pilar batu bata yang meninggikan lantai, menyisakan celah terbuka di bawahnya agar udara panas dapat bersirkulasi.
Panas dari tungku kemudian akan diarahkan ke ruang di bawah lantai, memanaskan seluruh lantai. Mekanisme ini juga digunakan untuk memanaskan air di area pemandian tertentu, seperti caldarium.
Di pemandian Pompeii, penggali menemukan labrum marmer, pemandian yang berisi air dingin untuk mandi yang membutuhkan pendinginan.
Suhu di caldarium mencapai 38 derajat Celcius, sementara kelembapan dijaga pada tingkat tinggi untuk meningkatkan manfaat kesehatan.
Di beberapa pemandian besar di Roma, caldarium juga dilengkapi dengan kolam air panas yang besar. Di sini, para budak menuangkan air dingin (patara) ke pemandian air panas.
Desain bangunan yang rumit seperti itu memerlukan pasokan air yang banyak dan teratur. Jadi, apakah pemandian ini dilengkapi dengan persediaan yang siap pakai?
Bangsa Romawi sangat ahli dalam bidang teknik air dan penyediaan saluran air ke kota-kota besar. Keahlian itu memungkinkan air segar disalurkan ke pemandian umum, serta air mancur, beberapa properti komersial, dan bangunan pribadi (kaya).
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR