Ketika pengepungan Romawi hampir selesai, para pembela Masada menghadapi kenyataan yang suram.
Mereka tahu bahwa begitu pasukan Romawi menerobos tembok, mereka akan dibunuh atau diperbudak.
Menurut sejarawan Josephus, yang memberikan satu-satunya catatan tertulis tentang pengepungan tersebut, Eleazar ben Ya'ir, pemimpin Sicarii, memberikan dua pidato yang berapi-api kepada para pengikutnya.
Dia berpendapat bahwa lebih baik mereka mati bebas daripada hidup sebagai budak Romawi, dan mengusulkan bunuh diri kolektif.
Mereka memutuskan untuk membakar harta benda mereka untuk menolak rampasan apa pun dari orang Romawi, kecuali gudang makanan, yang dibiarkan tidak tersentuh untuk menunjukkan bahwa mereka mati bukan karena kelaparan tetapi karena keinginan mereka sendiri.
Mereka kemudian melakukan undian untuk memilih sepuluh orang yang akan membunuh sisanya. Sepuluh orang ini kemudian melakukan undian lagi untuk memilih satu orang yang akan membunuh sembilan orang yang tersisa dan kemudian dirinya sendiri.
Dengan cara ini, mereka memastikan bahwa tidak seorang pun harus membunuh anggota keluarga atau teman, dan tidak seorang pun harus melakukan bunuh diri, yang dilarang oleh hukum Yahudi.
Dengan jatuhnya Masada, Pemberontakan Besar Yahudi secara efektif berakhir. Kekaisaran Romawi menegaskan kembali kendalinya atas Yudea, yang menjadi bagian dari provinsi Siria.
Bangsa Romawi terus menguasai wilayah tersebut hingga bangkitnya Kekaisaran Bizantium pada abad ke-4 Masehi.
Populasi Yahudi di Yudea berkurang secara signifikan, banyak orang Yahudi dibunuh, diperbudak, atau memilih meninggalkan wilayah tersebut.
Kisah Masada dalam Tradisi dan Identitas Yahudi
Kisah Masada sebagian besar terlupakan hingga ditemukan kembali di era modern. Kisah sekelompok kecil pemberontak Yahudi yang melakukan perlawanan terakhir melawan Kekaisaran Romawi yang perkasa sangat menyentuh hati orang-orang Yahudi, khususnya dalam konteks gerakan Zionis dan pendirian negara Israel.
Masada menjadi simbol perlawanan Yahudi dan tekad untuk “tidak pernah lagi” membiarkan tragedi seperti itu terjadi.
Saat ini, kisah Masada merupakan bagian integral dari identitas nasional Israel. Ungkapan "Masada tidak akan jatuh lagi" telah menjadi seruan, dan situs ini sering menjadi tujuan wisata sekolah dan upacara militer.
Tentara Israel, biasa mengadakan upacara pengambilan sumpah tentara di puncak benteng, melambangkan komitmen mereka untuk membela negara Israel.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR