Karena perjalanan dilakukan dengan berjalan kaki atau naik kereta, Pausanias kemungkinan besar bermalam di kota-kota yang dikunjunginya. Dia berdiskusi dengan penduduk setempat untuk mendokumentasikan sejarah kota, mencatat mitos, monumen, dan seni. Ia juga mencatat patung yang bertuliskan hukum, dan peristiwa—seperti pertandingan Olimpiade kuno.
Jalanannya berbatu-batu. Pausanias kadang-kadang menunjukkan bahwa pelancong harus mampu berjalan dengan baik untuk mendaki pegunungan untuk mencapai beberapa kuil terpencil.
Pada abad kedua Masehi, Yunani sudah berada di bawah kendali Kekaisaran Romawi. Baik orang Yunani maupun Romawi menghormati kebudayaan Yunani kuno. Mereka masih ingin mengetahui tentang kota-kota yang disebutkan dalam epos Homer dan sejarah Herodotus. Tulisan Pausanias mungkin merupakan sarana untuk mendokumentasikan dan membagikan kota-kota tersebut.
Namun di dunia kuno, belum ada yang namanya panduan perjalanan. Tidak diketahui pasti bagaimana Pausanias bermaksud menggunakan Hellados Periegesis dan siapa pembaca sebenarnya.
“Mungkin dia ingin orang-orang membacanya dan pada dasarnya melakukan perjalanan dalam pikiran mereka,” alasan Pretzler. “Atau, dia ingin orang-orang membacanya sebelum perjalanan mereka atau mungkin mereka membawanya dalam perjalanan.”
Buku-bukunya sulit dibaca dan bahasanya sangat rinci. Fakta itu menjelaskan bahwa dia sengaja ingin terdengar seperti seorang akademisi serius yang menghabiskan 20 tahun mengumpulkan informasi akurat.
“Dia tidak memberi Anda kepraktisan apa pun,” kata Heinrich Hall, seorang arkeolog. “Dia tidak memberi tahu Anda di mana harus tinggal dan makan. Juga berapa lama harus tinggal di suatu tempat. Fokusnya adalah apa yang harus Anda perhatikan ketika Anda berada di sana—apa yang pantas untuk dilihat.”
Pausanias tidak memberikan saran atau ulasan terperinci, seperti apakah Anda harus makan buah zaitun di Olympia atau mencoba anggur di Mycenae. Sebaliknya, Pausanias memberikan wawasan tentang budaya, serta kepercayaan dan tradisi lokal yang penting dalam sejarah seni.
Ia menunjukkan pengetahuannya tentang gaya seniman:
“Ada juga tempat suci Apollo yang sudah sangat tua, begitu pula patung-patung. Patung kayu dewa juga kuno; telanjang dan ukurannya sangat besar. Tidak ada penduduk setempat yang dapat menyebutkan nama seniman tersebut. Tapi siapa pun yang pernah melihat Herakles dari Sikyon akan berasumsi bahwa Apollo dari Aigeira adalah karya seniman yang sama, yaitu Laphaes of Phleious.”
Para arkeolog bahkan membolak-balik bukunya saat menyelesaikan penggalian besar pertama di Athena, Delphi, dan Olympia. Pada awal dan pertengahan abad ke-19, bangsawan Inggris membawa buku Pausanias untuk singgah di Yunani. Bahkan buku Pausanias masih digunakan oleh para pemandu perjalanan modern.
“Kami sebenarnya mengambilnya dan mengutipnya secara langsung karena dia menggambarkan penampakan bangunan yang sudah tidak berdiri lagi,” kata Hall. “Alih-alih memarafrasakan, kami memiliki kesempatan untuk mengutip langsung. Dengan begitu, kami menghadirkan karakter abad kedua dalam bentuk suara.”
Banyak pemandu wisata di daratan Yunani beralih ke Pausanias. Selain biara dan kuil yang masih tersisa, Pausanias juga menulis tentang masyarakat. Dia menghasilkan sesuatu yang unik dalam konteks dan zamannya.
Baru pada abad ke-19 orang-orang mulai menulis panduan perjalanan lagi dan mulai membentuk serta membangun genre tersebut. Beberapa buku panduan pertama ditulis tentang Yunani. Dan pada dasarnya, sebagian merupakan pembaruan atas apa yang telah ditulis Pausanias, kata Pretzler.
Beberapa cendekiawan dan petualang membuat rencana perjalanan berdasarkan deskripsi Pausanias secara independen. Mereka seakan-akan membuat “perjalanan Pausanias” versi abad ke-21. 2.000 tahun telah berlalu, namun tips perjalanan dari penulis pionir ini tetap hidup hingga kini.
Source | : | Atlas Obscura |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR