Menurut tim peneliti, anjing tersebut kemungkinan adalah sosok pendamping, bahkan mungkin anggota keluarga tercinta dari bayi tersebut. Anjing tersebut dikurbankan bukan untuk menenangkan dewa tetapi untuk memberikan kebersamaan dan perlindungan kepada bayi tersebut di akhirat.
Faktanya, ada sesuatu yang aneh tentang pola makan hewan tersebut dan cederanya. Jadi dapat ditafsirkan sebagai bukti bahwa hewan tersebut adalah sahabat manusia saat masih hidup.
Peneliti mempelajari isotop pada tulang anjing B19 dan B102. Mereka menentukan bahwa anjing yang dikuburkan bersama pria dewasa memiliki pola makan yang normal: pemakan segalanya.
Anjing B19 berbeda. Anjing tersebut mengonsumsi makanan yang sangat rendah protein hewani dan sebagian besar terdiri dari karbohidrat. Anjing B19 juga mengalami patah tulang lama yang tidak sembuh dengan baik di salah satu kaki depannya. Ada kemungkinan—tetapi spekulatif—bahwa anjing tersebut adalah anjing pekerja. Mungkin ia digunakan untuk berburu atau menjaga ternak, hingga mengalami cedera. Setelah itu, mungkin karena tidak dapat menjalankan tugasnya, anjing tersebut dimanjakan. Karena itu ia diberi makan bubur yang sama dengan manusia di rumah tersebut.
Semua penjelasan di atas hanyalah salah satu dari beberapa hipotesis yang diajukan oleh penulis untuk menjelaskan kuburan B19. Meski peneliti tidak bisa memahami sepenuhnya, penemuan mereka menunjukkan hubungan yang sangat kuno dan istimewa antara anjing dan manusia. “Hubungan yang lebih dari sekadar domestikasi dalam sejarah dunia kuno,” tambah Tarlach.
Kapan anjing mulai didomestikasi dan dianggap sebagai sahabat manusia dalam sejarah dunia kuno?
Selain anjing, kucing telah didomestikasi di Mediterania Timur sekitar 10.000 tahun yang lalu. Penguburan manusia dan kucing ditemukan di Siprus sekitar waktu itu menunjukkan bahwa kucing menjadi hewan peliharaan sejak dahulu kala. Namun anjing telah menjadi sahabat manusia sejak lama dan dalam rentang geografis yang lebih luas dalam sejarah dunia kuno.
Beberapa penelitian baru-baru ini memperkirakan waktu domestikasi serigala di Eropa adalah 40.000 tahun yang lalu. Hal ini disimpulkan berdasarkan adanya ciri-ciri anatomi mirip anjing pada beberapa sisa-sisa canid purba. Seperti tengkorak yang lebih pendek dan moncong yang lebih lebar.
Penelitian lain, yang menggabungkan data genetik dan arkeologi, menggambarkan peristiwa domestikasi terpisah di Siberia, sekitar 23.000 tahun yang lalu. Anjing-anjing dari garis keturunan ini kemungkinan besar melintasi jembatan darat Beringia dan memasuki Amerika bersama manusia setidaknya 15.000 tahun yang lalu. Tim lain masih menyimpulkan bahwa domestikasi terjadi di Asia Tengah, Tiongkok, dan lokasi lainnya dalam sejarah dunia kuno.
Asal muasal anjing masih belum jelas karena hal ini terjadi di masa lalu, dan hampir pasti terjadi berkali-kali, di banyak tempat. Hal ini dirinci dalam makalah tahun 2022 di Nature.
Bagaimanapun juga, baik manusia maupun serigala adalah sangat sosial dan cerdas. Manusia dan serigala dapat beradaptasi dengan berbagai ekosistem dan melakukan perjalanan jarak jauh untuk mencari makanan. Nenek moyang kita pasti sering bertemu dengan serigala purba. Kedua kelompok ini kemungkinan besar kadang-kadang menjalin hubungan yang saling menguntungkan. “Mungkin dibangun berdasarkan akses terhadap pangan,” ungkap Tarlach.
Misalnya saja, para pemburu manusia zaman dahulu mungkin telah belajar dari mengamati perburuan berkelompok. Sementara serigala menyadari bahwa tidak bersikap agresif di sekitar manusia akan memberi akses yang lebih baik terhadap makanan. Anjing pertama mungkin memiliki peran utilitarian: mengangkut barang, berburu, dan menjaga.
Source | : | Atlas Obscura |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR