Nationalgeographic.co.id – Perang Enam Hari terjadi pada tahun 1967. Peristiwa ini menjadi salah satu perang yang tak terlupakan dalam sejarah Timur Tengah.
Hanya dalam waktu enam hari, Israel dan koalisi negara-negara Arab, termasuk Mesir, Yordania, dan Suriah, bentrok dalam serangkaian pertempuran sengit yang secara drastis mengubah lanskap geopolitik di wilayah tersebut.
Lantas, apa penyebab Perang Enam Hari di sejarah Timur Tengah?
Sejarah Timur Tengah, pada tahun-tahun menjelang tahun 1967 merupakan kawasan yang penuh dengan ketegangan dan manuver geopolitik.
Berdirinya Negara Israel pada tahun 1948 telah memicu konflik. Dengan terjadinya Perang Arab-Israel, yang sering disebut sebagai Perang Kemerdekaan atau Nakba, mengakibatkan gencatan senjata pada tahun 1949.
Gencatan senjata ini menetapkan perbatasan sementara, yang dikenal sebagai Garis Hijau, namun tidak menyelesaikan sengketa wilayah atau status pengungsi Palestina.
Sepanjang tahun 1950-an dan awal 1960-an, pertempuran kecil dan konfrontasi sering terjadi di sepanjang perbatasan antara Israel dan negara-negara Arab tetangganya.
Yang paling kontroversial adalah hubungan Israel dengan Mesir. Krisis Suez tahun 1956, ketika Israel, berkolusi dengan Inggris dan Prancis, menginvasi Semenanjung Sinai sebagai tanggapan atas nasionalisasi Terusan Suez oleh Mesir, semakin memperburuk ketegangan.
Meskipun krisis ini berakhir dengan penarikan pasukan di bawah tekanan internasional, krisis ini menjadi preseden bagi keterlibatan militer di wilayah tersebut.
Yang menambah pergolakan ini adalah bangkitnya nasionalisme Arab, yang diperjuangkan oleh Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser.
Visinya tentang persatuan Arab melawan Israel mendapat perhatian, terutama setelah pembentukan Republik Persatuan Arab, sebuah persatuan politik yang berumur pendek antara Mesir dan Suriah pada tahun 1958.
Baca Juga: Seperti Apa Palestina di Bawah Pemerintahan Kekaisaran Ottoman?
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR