Kelelahan karena terus-menerus “menari” akhirnya berdampak buruk pada para korban. Banyak yang pingsan dan sekarat karena kelelahan dan tidak sedikit yang menari sampai mati. Tidak ada angka pasti mengenai angka kematian akibat wabah menari. Namun satu sumber mengeklaim setidaknya lima belas orang meninggal setiap hari.
Apakah wabah menari ini merupakan kutukan?
Kejadian di Strasbourg bukanlah satu-satunya peristiwa histeria menari, juga bukan yang pertama terjadi. Tapi peristiwa ini adalah salah satu yang paling terkenal.
Contoh lain terjadi termasuk sebelumnya pada tahun 1374 di Jerman. Pada saat itu, masyarakat masih sangat religius. Wabah menari tersebut pun dianggap sebagai kutukan terhadap individu dan kelompok.
Banyak yang percaya bahwa ada hubungan antara tarian yang tidak terkendali dan penyebab agama atau supernatural.
Apakah wabah menari disebabkan oleh penyakit tertentu?
Salah satu teori yang didiagnosis oleh dokter pada saat itu di Strasbourg adalah ketidakseimbangan empat cairan tubuh. Cairan tubuh itu adalah darah, empedu kuning, empedu hitam, dan dahak.
Untuk menyeimbangkan kembali cairan tubuh maka diputuskan untuk mengizinkan penduduk desa mengeluarkannya dari sistem mereka. Caranya adalah dengan memberi mereka tempat untuk melakukan tarian.
Mereka membangun panggung dan bahkan menyewa sekelompok peniup suling dan penabuh drum untuk bermain musik. Penari profesional juga diajak bergabung. Mereka menahan korban ketika hampir pingsang. Meski upaya tersebut telah dilakukan, wabah terus berlanjut.
Akhirnya, pria dan wanita dibawa ke kuil St. Vitus dan didoakan. Ritual pengusiran setan dilakukan dalam upaya untuk menghilangkan kegilaan tersebut. St Vitus adalah santo pelindung gangguan saraf dan digunakan untuk melawan chorea, keadaan gerakan kejang yang berulang.
Chorea juga dikenal sebagai Tarian St. Vitus. Hal ini tampaknya mengakhiri kegilaan ini, sehingga banyak orang pada saat itu percaya bahwa akar permasalahannya adalah agama.
Baca Juga: Situasi Mencekam Krisis Kekaisaran Romawi: Perang Saudara Hingga Wabah
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR