Otoritas Saudi telah mengeluarkan ratusan ribu jemaah yang tidak terdaftar dari Makkah awal bulan ini. Namun banyak yang tampaknya berhasil menghindari pemeriksaan keamanan dan bergabung dengan jemaah lain selama rangkaian pertama pada Jumat lalu.
Jemaah yang tidak terdaftar lebih rentan terhadap panas dan suhu tinggi karena tanpa izin resmi. Sebab, mereka tidak dapat mengakses ruang ber-AC yang disediakan oleh penyelenggara untuk lebih dari 1,8 juta jemaah yang berizin.
Padahal, ruang ber-AC memiliki fungsi yang sangat vital dalam pelaksanaan ibadah haji, yaitu untuk mendinginkan diri setelah berjam-jam berjalan dan berdoa di luar ruangan.
"Orang-orang lelah setelah dikejar oleh pasukan keamanan sebelum hari Arafah. Mereka kelelahan," kata seorang diplomat Arab hari ini, merujuk pada doa di luar ruangan yang menandai puncak ibadah haji pada Sabtu lalu.
Sebagai penyebab utama kematian, panas dapat memicu komplikasi seperti tekanan darah tinggi dan masalah kardiovaskular lainnya.
Malaysia, Pakistan, India, Yordania, Indonesia, Iran, Senegal, Tunisia, dan Kurdistan Irak semuanya telah mengkonfirmasi kematian warganya.
Risiko meningkat lima kali lipat karena pemanasan global
Hal yang memperumit situasi adalah fakta bahwa tahun ini, seperti dilansir dari Asia News, adalah ibadah haji jatuh pada musim panas yang sangat terik di Arab Saudi.
Pusat meteorologi nasional Arab Saudi melaporkan suhu tertinggi 51,8 derajat Celsius pada awal minggu ini di Masjidil Haram di Makkah.
Menurut sebuah studi Saudi yang diterbitkan bulan lalu, suhu lokal meningkat 0,4 derajat Celsius setiap dekade. Kondisi yang dapat dipastikan akan terus terjadi di masa depan.
Kalender Islam berbasis bulan, sehingga ibadah haji mundur 10 hari setiap tahun. Dengan demikian, meskipun ibadah haji sekarang menuju musim dingin, pada tahun 2050-an, ibadah haji akan bertepatan dengan puncak musim panas di Arab Saudi.
Baca Juga: Perjalanan Haji Mansa Musa: Manusia Paling Kaya Sepanjang Sejarah
KOMENTAR