Terbagi menjadi empat bagian, labirin ini memiliki dinding internal yang membaginya menjadi kuadran yang dihubungkan oleh bukaan kecil yang menciptakan lorong.
Para arkeolog menduga struktur tersebut memiliki bangunan bundar kecil di bagian dalam yang juga terbagi menjadi empat bagian. Namun, keseluruhan tata letak dan tinggi asli bangunan tersebut masih menjadi misteri.
Karena banyaknya tulang binatang yang tersisa, para ahli percaya struktur mirip labirin ini mungkin telah digunakan untuk keperluan upacara, seperti ritual dan persembahan.
Namun, meskipun strukturnya tergolong ke dalam temuan yang sangat langka, beberapa pihak menggap labirin ini belum tentu terkait dengan kisah Minotaur dan Theseus.
Pertempuran Theseus dengan monster labirin
Sama seperti Odysseus dan Orpheus, Theseus adalah pahlawan legendaris dari masa lalu yang jauh. Ia diyakini sebagai keturunan Raja Aegeus, manusia biasa, atau dewa Poseidon. Bagi para penulis di zaman kuno, Theseus adalah pahlawan nyata, pendiri Athena, dan orang yang mempersatukan Attica di bawah kepemimpinan Athena.
Plutarch menulis kisah Theseus berdasarkan sumber-sumber dari abad ke-5 dan ke-4 SM. Meskipun keberadaan historisnya belum terbukti, para ahli percaya Theseus mungkin hidup pada Zaman Perunggu Akhir, kemungkinan sebagai raja pada abad ke-8 atau ke-9 SM.
Kisah paling terkenal tentang Theseus dipenuhi dengan makhluk setengah dewa, setengah manusia, dan bercerita tentang pertarungannya melawan monster buas di tengah labirin.
Mengapa labirin? Labirin sebenarnya memiliki jalur tunggal yang tidak bercabang, menuju ke pusat dan keluar lagi. Labirin mungkin awalnya digunakan sebagai pengganti ziarah, tempat seseorang berhenti di pusatnya untuk refleksi atau pencerahan.
Sebaliknya, labirin juga sering kali digambarkan berliku-liku dan membingungkan, tempat tersesat dan melawan monster. Untuk menghindari kebingungan, mari kita sebut tempat tinggal Minotaur sebagai labirin saja.
Mari kita mulai dari awal kisah yang, tentu saja, memiliki beberapa versi. Dalam salah satu versi, Minos dari Kreta bertarung dengan saudaranya untuk memperebutkan tahta. Setelah menang dan mengasingkan saudaranya, Minos berdoa kepada dewa laut, Poseidon, memohon banteng seputih salju sebagai tanda persetujuan dewa.
Baca Juga: Caeneus atau Caenis, Pahlawan Transeksual Pertama dalam Mitologi Yunani
KOMENTAR