Nationalgeographic.co.id—Lautan penuh dengan hal-hal yang misterius. Sangat sedikit yang telah dieksplorasi, namun lautan menjadi salah satu aset utama umat manusia. Lautan merupakan sumber daya penting yang memungkinkan negara dan individu tumbuh dalam kekayaan, kekuasaan, dan reputasi dalam sejarah dunia.
Namun, bagi sebagian orang, lautan mengambil lebih dari yang diberikannya. Kerugian tersebut dapat disebabkan oleh badai besar, tabrakan dengan makhluk laut, atau pembajakan. Namun, terkadang dalam sejarah, laut mengambil nyawa tanpa penjelasan apa pun. Inilah yang terjadi dalam kasus misterius kapal Mary Celeste.
Sejarah dunia: asal-usul kapal Mary Celeste
Awalnya diberi nama Amazon, Mary Celeste dibangun di Nova Scotia pada tahun 1861. Mary Celeste merupalan adalah brigantine dua tiang. “Sejenis kapal yang dirancang untuk kecepatan maksimum dengan luas layar lebih luas daripada kapal berukuran serupa pada zaman itu,” tulis Kassandre Dwyer di laman The Collector.
Kapal ini melakukan perjalanan melintasi Samudra Atlantik beberapa kali sebagai kapal dagang, serta Laut Mediterania dan Karibia. Mary Celeste berganti kepemilikan berkali-kali, dan setelah renovasi dan perbaikan, akhirnya berganti nama. Mary Celeste memiliki panjang 30 meter dan berat 198 metrik ton.
Pada tahun 1872, seorang pria bernama Kapten Benjamin Briggs berinvestasi di Mary Celeste. Ia membeli saham kapal dengan tabungannya. Briggs mengawasi renovasi dan berencana untuk mengambil alih komando kapal pada pelayaran pertamanya dengan nama barunya.
Pengaturan untuk pelayaran
Briggs mengumpulkan kru tepercaya untuk membantunya mengoperasikan Mary Celeste ke tujuan mereka, Genoa, Italia, dari New York.
Karena efisiensi gaya brigantine, kapal dapat dikelola dengan awak yang relatif sedikit. Tujuh awak bergabung dengan Briggs di kapal. Teman pertamanya, Albert Richardson, pernah berlayar bersamanya sebelumnya. Selain kru, istri Brigg, Sarah, dan putri mereka yang berusia 2 tahun, Sophia, juga ikut turut serta. Putra mereka yang berusia 7 tahun, Arthur, tetap tinggal di New York, karena ia harus menempuh pendidikannya.
Kapal itu bermuatan 1.701 barel alkohol yang diubah sifatnya. Etanol jenis ini dimasukkan ke dalam tong dengan bahan tambahan yang membuatnya tidak layak dikonsumsi dan beracun. Hal ini untuk mencegah siapa pun tergoda untuk meminum muatan dalam perjalanan. “Merupakan praktik umum di kalangan produsen,” tambah Dwyer. Alkohol kemudian digunakan dalam proses industri seperti pembuatan parfum, sebagai pelarut, dan sebagai cairan pembersih.
Kargo dimuat pada tanggal 20 Oktober 1872. Namun awak kapal tidak dapat berlayar hingga tanggal 7 November karena kondisi cuaca buruk. Malam sebelum berlayar, Briggs makan malam bersama David Morehouse, kapten brigantine lainnya, Dei Gratia. Morehouse berencana mengikuti rute yang mirip dengan rute Mary Celeste seminggu kemudian.
Baca Juga: Jejak Evolusi: Petualangan Charles Darwin di Kapal H.M.S. Beagle
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR