Bangsa Romawi menggunakan anjing mastiff besar untuk menyerang musuhnya. Anjing-anjing ini mengenakan kerah berduri besar dan kadang-kadang bahkan diberi baju besi untuk dipakai.
Di Inggris abad pertengahan, anjing adalah metode yang populer untuk mengganggu kavaleri. Pasalnya, kuda secara alami takut oleh anjing. Penakluk Spanyol juga menggunakannya untuk melawan penduduk asli Amerika.
Menurut legenda, Aleksander Agung memiliki seekor anjing bernama Peritas. Sang anjing menyelamatkan nyawa Aleksander dengan menyerang seekor gajah selama Pertempuran Gaugamela.
Tentu saja, anjing tidak hanya digunakan sebagai hewan petarung. Ada banyak peran lain yang dimainkan anjing sepanjang sejarah sebagai hewan perang.
Di era modern, mereka digunakan sebagai pengintai, penjaga, dan “anjing pendeteksi” untuk mengendus ranjau. Penggunaan mereka sebagai “anjing belas kasihan” di korps medis telah membantu menyelamatkan banyak nyawa.
Mungkin perkembangan paling modern pada anjing adalah peran terapi. Dampak perang bertahan lama setelah aktivitas fisik selesai. Anjing juga memberikan layanan yang sangat berharga dalam menghibur mereka yang terus hidup dengan trauma perang.
Lumba-lumba
Perang Dingin menjadi saksi masuknya lumba-lumba ke dalam angkatan bersenjata Amerika Serikat dan Uni Soviet. Meskipun paus beluga hingga singa laut pernah digunakan, fokus utama program angkatan laut adalah lumba-lumba hidung botol.
Lumba-lumba telah membuktikan kemampuannya dalam mendeteksi dan membuang ranjau. Mereka juga berperan penting dalam melindungi kapal.
Dengan sonar terpasang, lumba-lumba berpatroli di area sekitar kapal dan menandai perenang musuh. Hewan ini mencoba melakukan tindakan sabotase.
Baca Juga: Dunia Hewan: Bagaimana Ikan Badut Bisa Mengubah Jenis Kelaminnya?
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR