Pasukan Kartago mengerahkan 80 gajah untuk melawan pasukan Romawi. Namun, Jenderal Romawi Scipio Africanus menghabiskan sebagian besar kariernya untuk menyusun rencana menghadapi momen ini.
Africanus memerintahkan pasukannya membentuk barisan dan menyuruh mereka berteriak dan menggedor-gedor pot mereka. Suara kerasnya membuat takut hewan-hewan perang ini sehingga penunggangnya kehilangan kendali.
Beberapa gajah diarahkan ke celah antara pasukan Romawi. Sementara banyak gajah lainnya berbalik 180 derajat dan melarikan diri, menginjak-injak tentara Kartago di belakang mereka.
Legiun Romawi juga menggunakan gajah dalam serangan militer mereka, terutama di Yunani dan Hispania. Bahkan diklaim bahwa gajah digunakan pada invasi pertama ke Inggris.
Di anak benua Asia, gajah digunakan dalam peperangan lebih dari seribu tahun sebelum peristiwa tersebut. Gajah juga digunakan jauh setelah jatuhnya Romawi dan berakhirnya sejarah Klasik di Eropa.
Pada abad ke-16, Babur, yang memerintah Kekaisaran Mughal, memiliki 112.000 gajah di penangkaran. Babur bahkan punya sekitar 12.000 ekor gajah dalam dinas militer aktif.
Ketika bubuk mesiu dan penemuan-penemuan selanjutnya semakin meluas, penggunaan gajah sebagai hewan perang mulai menurun drastis.
Meskipun mereka dapat menahan tembakan senapan, meriam, gajah adalah sasaran raksasa yang menggoda. Oleh karena itu, tugas gajah pada akhirnya terbatas pada pengangkutan.
Anjing
Dari semua hewan, anjing paling lama berada di sisi manusia. Anjing melindungi manusia dari pemangsa, membantu berburu, melindungi ternak, dan menjadi sahabat setia selama ribuan tahun. Anjing juga dipekerjakan sebagai pelayan dalam upaya manusia yang paling gelap dan penuh kekerasan.
Sebagai hewan petarung, bukti pertama berasal dari tahun 600 SM. Saat itu bangsa Lydia menggunakan anjing untuk mematahkan garis keturunan Cimmerian.
Baca Juga: Dunia Hewan: Bagaimana Pygmy Marmoset Bisa Jadi Monyet Terkecil di Dunia?
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR