Nationalgeographic.co.id—Di dunia hewan, ada spesies ikan menyeramkan dan ganas yang hidup di kedalaman laut dalam dan gelap. Ikan tersebut dikenal sebagai ikan naga atau Dragonfish.
Ikan naga jantan, ikan penghuni laut dalam yang sudah terkenal sebagai predator kecil namun ganas ini, tampaknya akan melakukan apa saja demi cinta. Atau setidaknya untuk menemukan pasangannya. Lalu, bagaimana ikan ini bisa menemukan pasangannya di tempat yang memiliki kegelapan yang ekstrem?
Sebuah studi baru yang dilakukan oleh para peneliti dunia hewan di Boston College menemukan bahwa mata ikan naga jantan akan membesar untuk tujuan mencari pasangannya. Hal ini menjadikannya sebagai anomali dalam evolusi vertebrata.
Temuan tim tersebut telah dilaporkan di jurnal Royal Society Biology Letters pada 24 Juli 2024 berjudul “Sexually dimorphic eye size in dragonfishes, a response to a bioluminescent signalling gap.”
Seperti banyak makhluk yang menghuni kedalaman laut yang gelap, ikan naga bertahan hidup berkat berbagai adaptasi, termasuk bioluminesensi yang bersinar. Namun, ikan naga betina tidak secerah ikan jantan, menurut ahli biologi Boston College Christopher P. Kenaley, penulis utama studi ini.
“Kami menemukan bahwa ikan naga jantan ini telah mengembangkan mata yang lebih besar untuk menemukan ikan betina yang menghasilkan lebih sedikit cahaya,” tutur Kenaley. “Hal ini cukup menakjubkan dan merupakan wawasan yang sangat penting tentang bagaimana spesies yang kurang dikenal ini hidup dan berkembang di laut dalam.”
Kenaley juga menambahkan, "Dimorfisme seksual dalam sistem visual vertebrata sangat jarang terjadi, hal ini mungkin kasus kedua yang diketahui pada ikan, kelompok vertebrata terbesar."
Bioma terbesar di Bumi, laut dalam adalah tempat yang gelap dan tandus dan jarak antar individu yang tinggal di sana bisa sangat jauh, kata Kenaley. Sebagian besar hewan di wilayah ini menghasilkan cahaya mereka sendiri, bioluminesensi, menggunakannya untuk memikat mangsa dan sering kali untuk menemukan pasangan.
Banyak ikan laut dalam yang dimorfik secara seksual dalam hal ini—ikan jantan memiliki fotofor yang lebih besar, organ yang menghasilkan cahaya, daripada ikan betina.
Tentu saja, itu dapat menimbulkan masalah dalam hal menemukan pasangan, ujar Kenaley.
“Hal ini justru menciptakan paradoks: jika bioluminesensi penting dalam pensinyalan seksual dan menemukan satu sama lain, dimorfisme ini menghasilkan skenario di mana ikan betina dapat mendeteksi ikan jantan pada jarak yang lebih pendek daripada sebaliknya,” tuturnya. “Singkatnya, ada kesenjangan deteksi bioluminesensi. Kami berhipotesis bahwa, untuk menutup kesenjangan ini, ikan jantan mungkin telah mengembangkan mata yang lebih besar untuk menangkap lebih banyak cahaya.”
Bersama dengan timnya yang berasal dari mahasiswa Boston College, bekerja sama dengan ahli biologi Universitas Stockholm Valentina Di Santo, Kenaley mempelajari dua spesies. Kedua spesies tersebut adalah Malacosteus niger dan Photostomias guernei, yaitu ikan naga laut dalam yang memiliki dimorfisme seksual dalam ukuran fotofornya.
Tim tersebut memodelkan jarak di mana jantan dan betina dari setiap spesies dapat melihat anggota lawan jenis. Hal ini didasarkan pada ukuran mata dan seberapa banyak cahaya yang dapat dihasilkan oleh anggota lawan jenis.
Para peneliti menemukan adanya kesenjangan deteksi yang substansial pada kedua spesies tersebut, mulai dari hanya beberapa meter hingga lebih dari 100 meter, demikian laporan mereka dalam jurnal tersebut.
Mereka juga menemukan bahwa jantan dari kedua spesies tersebut memiliki mata yang lebih besar dan dimorfisme ini mempersempit kesenjangan tersebut sekitar 5 meter atau lebih. Hal ini merupakan peningkatan yang sederhana, kata mereka, tetapi signifikan terhadap tugas sulit untuk menemukan pasangan langka dalam sistem yang terbuka seperti itu.
Source | : | Science Daily |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR