Intisari-Online.com - Dalam hiruk pikuk kehidupan modern, di mana konsumsi menjadi raja, sebuah percakapan mendalam tentang keberlangsungan hidup planet Bumi menjadi semakin relevan.
Dalam acara bertajuk "Palmerah Yuk: Selaras Semesta Merawat Rumah Bersama" yang digelar di Bentara Budaya Jakarta pada 2 Agustus 2024, para pembicara yang berdedikasi untuk melindungi lingkungan menyuarakannya.
Acara yang dimoderatori oleh Editor at Large SayaPilihBumi Ramon Yusuf Tungka ini menghadirkan beragam perspektif dari para aktivis lingkungan yang memiliki bidang berbeda.
Davina Veronica, seorang model sekaligus aktivis satwa, menyoroti pentingnya keseimbangan ekosistem. Ia menekankan bahwa kini manusia sebagai penerima manfaat terakhir dari alam, justru menjadi spesies yang paling rentan.
"Bumi itu bertumpu pada keseimbangan. Seharusnya tidak ada satu spesies pun yang dominan karena saling terhubung dan mempengaruhi juga memiliki peran masing-masing," tegas Davina.
Sementara itu, Muhammad Febryansyah dari Naphak Bumi mengajak semua orang untuk mulai bisa melihat sampah sebagai aset, bukan sebagai beban.
Ebi, panggilan akrabnya, berhasil mengubah pandangan masyarakat tentang sampah melalui bisnisnya yang inovatif, sekaligus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya daur ulang.
"Sampah adalah aset. Karena gue hidup dari sampah," ungkap Ebi.
Dalam kesempatan yang sama, Suparno Jumar, seorang aktivis lingkungan dari River Defender, menyuarakan keprihatinannya terhadap kualitas air yang semakin menurun. Pria yang akrab disapa Pakde Parno tersebut juga menghubungkan masalah air dengan isu-isu lain seperti ketahanan pangan, kesehatan, dan kejahatan.
"Kegelisahan saya adalah ketika sumber air kita tercemar. Butuh teknologi yang semakin canggih untuk mengelola air jika ini terus dibiarkan," ujar Pakde Parno.
Konsumsi berlebihan
Salah satu isu utama yang dibahas dalam acara ini adalah konsumsi berlebihan. Ramon menyebut era sekarang sebagai era antroposen, di mana aktivitas manusia telah mengubah wajah Bumi secara signifikan.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
KOMENTAR