Mata uang koin jelas membuat transaksi antarmanusia menjadi lebih mudah, tetapi juga membuka pintu bagi munculnya perbankan di Mesir.
Ptolemeus I (memerintah 302-282 SM) memperkenalkan mata uang ke Mesir kuno. Mata koin itu didasarkan pada drachma yang digunakan di seluruh dunia Yunani kuno. Karena kurangnya tambang perak di Mesir kuno, drachma Ptolemeus lebih ringan daripada drachma lain. Dan yang digunakan di Mesir terbuat dari perunggu.
Jumlah koin perunggu yang beredar meningkat pesat selama pemerintahan Ptolemeus II. Salah satu alasannya karena persyaratan untuk membayar pajak dengan koin. Sifat mata uang keras yang ada di mana-mana menunjukkan bahwa sistem perbankan diperlukan untuk pengumpulan pajak dan peminjaman kredit.
Ptolemeus II mengawasi pembentukan sistem perbankan di Mesir kuno yang meminjam dari sistem Athena. Namun ia juga menambahkan beberapa detail baru. Ada bank negara dan swasta yang diberi lisensi dan waralaba oleh sang firaun. Bank kerajaan mengumpulkan pajak koin dan bank kerajaan dan swasta memberikan kredit dan pinjaman kepada individu dengan bunga 24%.
Tak perlu dikatakan lagi, suku bunga tetap yang tinggi mencegah berkembangnya ekonomi kredit dan utang.
Kebijakan Moneter dan Perbankan dalam sejarah Romawi
Ptolemeus mengubah perekonomian Mesir kuno agar lebih selaras dengan perekonomian Yunani. Sedangkan bangsa Romawi memulai perubahan perbankan dan moneter mereka sendiri sambil mengambil inspirasi dari preseden Yunani kuno.
Koin perak Romawi pertama mungkin dicetak untuk memperingati penyelesaian Via Appia dari Roma ke Capua pada tahun 312 SM. Alih-alih menggunakan drachma yang tersebar luas sebagai standar mata uang, bangsa Romawi menciptakan denarius perak sebagai koin standarnya.
Selain denarius, bangsa Romawi juga mencetak sesterce, yang merupakan koin perunggu. Empat sesterce sama dengan satu denarius. Dan dalam urutan di bawahnya adalah sesterce tembaga, yang empat di antaranya sama dengan satu sesterce.
Sebagai media yang dinilai dalam mata uang di antara ketiga denominasi, sesterce adalah koin yang paling umum digunakan untuk transaksi antarindividu. Koin Romawi secara teknis bernilai beratnya dalam perak, perunggu, atau tembaga. Namun republik atau kekaisaran menyimpan sejumlah besar emas. Koin-koin tersebut juga dicetak oleh pemerintah, yang merupakan asal mula teori perbankan dan moneter Romawi.
Orang Romawi pada umumnya menganggap perbankan sebagai profesi rendahan yang setara dengan akting. Hal ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa menghasilkan uang dari bunga pinjaman dianggap sebagai profesi yang tidak layak.
Tidak semua bank dan bankir Romawi mendapat untung dari bunga. Tapi tampaknya beberapa melakukannya dan banyak yang menggunakan kebijakan moneter yang relatif modern seperti perbankan cadangan fraksional. Artinya, bank yang mempraktikkan kebijakan ini akan meminjamkan sebagian dari cadangan mereka dengan bunga.
Catatan Romawi menunjukkan bahwa pinjaman disebut sebagai nomen atau nomina (nama), karena mengacu pada nama debitur.
Bank-bank Romawi terstruktur mirip dengan model Ptolemeus. Bank pemerintah memiliki monopoli dalam pencetakan uang tetapi juga memperbolehkan bankir swasta. Bank dan bankir selanjutnya dibagi menjadi dua kategori utama berdasarkan fungsinya. Faeneratores adalah pemberi pinjaman uang yang berfungsi lebih seperti pialang dan perantara modern sementara argentarii mirip dengan bankir tradisional.
Sumber-sumber sejarah menawarkan sekilas tentang cara kerja perbankan Romawi dan bagaimana rata-rata orang Romawi memandang profesi tersebut. Penulis biografi Romawi abad ke-1 Masehi, Suetonius, menulis bahwa dua kaisar Romawi yang termasyhur memiliki bankir dalam keluarga mereka.
Tidak lain adalah Kaisar Augustus yang memiliki seorang kakek yang digambarkan sebagai "penukar uang", mungkin seorang faeneratore. Dan Suetonius menulis bahwa salah satu kakek dari Kaisar Vespasianus menjadi bankir di antara para Helvetii. Rupanya fakta bahwa bankir berada dalam keluarga kedua kaisar itu tidak menghalangi mereka untuk naik ke tampuk kekuasaan.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR