Dalam mitologi Yunani, nimfa biasanya dikejar oleh dewa laki-laki yang tidak mereka minati. Mereka kemudian diselamatkan atau dihukum oleh dewa lain karena dikejar oleh dewa laki-laki tersebut.
Oleh karena itu, agak ironis bahwa istilah “nymphomaniac” kini dianggap sebagai wanita dengan hasrat seksual yang tak terkendali atau berlebihan.
Namun, seperti Helen dari Troya, daya tarik seksual Scylla-lah yang membuatnya menjadi ancaman, yang membuatnya dihukum. Jadi, bahkan dalam keadaan mengerikannya, Scylla dapat dipahami sebagai femme fatale.
Siren
Scylla bukan satu-satunya monster yang ditemui Odysseus dalam perjalanannya kembali ke Ithaca. Ia juga harus melarikan diri dari para Siren. “Siren memikat pria menuju kematian melalui nyanyian mereka,” tambah Dent.
Dalam Odyssey karya Homer, nyanyian mereka, bukan kecantikannya, yang memberikan godaan yang mematikan. Homer lalai menyebutkan penampilan fisik mereka. Dalam Argonautica karya Apollonius dari Rhodes, mereka ditampilkan sebagai setengah wanita, setengah burung.
Apapun penggambarannya, Siren telah tercatat dalam sejarah sebagai lambang wanita yang berbahaya dan cantik –femme fatale.
Medea
Sebagai keturunan dewa matahari Helios dan keponakan Circe, agak ambigu apakah Medea harus dipahami sebagai makhluk fana atau dewa. Dapat dikatakan, ambiguitas ini menambah kesan misterius dan berbahaya yang menyelimutinya. Hal tersebut mengukuhkan posisinya sebagai salah satu wanita mematikan yang paling penting dalam mitologi Yunani.
Namun, dalam mitos Jason dan Bulu Domba Emas, Medea mengambil peran arketipe lain. Peran itu sangat berbeda dengan peran femme fatale: gadis yang suka menolong. Medea jatuh cinta pada Jason. Ia berperan penting dalam membantunya menyelesaikan pencariannya untuk mengambil Bulu Domba Emas.
Demi membantu Jason, ia harus mengkhianati ayahnya untuk melakukannya. Setelah Jason kembali ke Yunani, keduanya menikah. Medea kemudian dikutuk untuk hidup sebagai orang asing, tidak dapat kembali ke rumah setelah mengkhianati ayahnya.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR