Sayangnya, keindahan alam ini terancam oleh aktivitas manusia. Para ilmuwan memperkirakan bahwa setengah dari ekosistem karbon biru dunia telah hilang akibat kerusakan habitat.
Di Jepang, negara kepulauan dengan garis pantai yang panjang, penurunan ekosistem rumput laut dan lamun juga sangat signifikan. Data pemerintah menunjukkan penurunan drastis (20%-36%) antara tahun 1978 dan 1992, dan tren ini terus berlanjut.
Dampak hilangnya ekosistem karbon biru sangat luas. Tidak hanya mengurangi kemampuan laut dalam menyerap karbon, tetapi juga mengancam keanekaragaman hayati laut dan mengganggu keseimbangan ekosistem pesisir.
Bagi Jepang, yang memiliki sejarah panjang dalam memanfaatkan sumber daya laut, kerusakan ekosistem ini juga berdampak pada perekonomian dan mata pencaharian masyarakat pesisir.
Untungnya, kesadaran akan pentingnya melindungi karbon biru semakin meningkat. Deklarasi pemerintah Jepang pada tahun 2020 untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2050 menjadi momentum baru dalam upaya pelestarian ekosistem pesisir.
Pemerintah dan masyarakat sipil kini bekerja sama untuk memulihkan habitat yang rusak dan melindungi ekosistem karbon biru yang masih ada.
Jepang telah mengambil langkah signifikan dalam upaya mencapai target netralitas karbon. Awal tahun ini, Negeri Sakura menjadi negara pertama di dunia yang memasukkan penyerapan karbon oleh rumput laut—sebuah ekosistem karbon biru yang seringkali terabaikan—ke dalam laporan emisinya kepada PBB.
Menurut data terbaru, ekosistem karbon biru di Jepang berhasil menyerap sekitar 0,03% dari total emisi gas rumah kaca negara ini pada tahun fiskal 2023. Meskipun angka ini mungkin terlihat kecil, para ahli meyakini bahwa potensi karbon biru sangat besar. Dengan memperluas proyek budidaya rumput laut dan ekosistem karbon biru lainnya, Jepang bisa semakin dekat dengan tujuan nol emisi.
Namun, perjalanan menuju pemanfaatan penuh potensi karbon biru tidaklah mudah. Salah satu tantangan terbesar adalah mengukur secara akurat jumlah karbon yang diserap dan disimpan oleh rumput laut.
Para ilmuwan di Jepang terus berupaya mengembangkan metode yang lebih baik untuk melakukan verifikasi ini. Keakuratan data sangat penting, mengingat potensi terjadinya "greenwashing" atau klaim lingkungan yang tidak berdasar.
Meskipun demikian, para pendukung karbon biru tetap optimis. Mereka menekankan bahwa manfaat ekosistem ini tidak hanya terbatas pada penyerapan karbon. Rumput laut juga memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan laut, melindungi garis pantai, dan mendukung keanekaragaman hayati.
Baca Juga: Perubahan Iklim dan Keberlanjutan Mangrove di Wilayah Pesisir Papua
KOMENTAR