Baca Juga: Kejatuhan Singapura, Pukulan Telak Inggris di Sejarah Perang Dunia II
Setelah terjebak cuaca buruk dan berputar-putar selama satu jam, pilot memutuskan untuk kembali ke Cililitan dan akan melanjutkan penerbangan keesokan harinya.
Pada 4 Januari 1941, Ernest van Galen kembali terbang dari Cililitan dan berhasil mendaratkan pesawat itu di Tarakan. Letnan Satu J.C. Timmer dan seluruh awak patroli 1-VLG III menanti di lapangan terbang itu.
Setelah awak M-574 turun dari pesawat, Timmer langsung memaki-maki Ernest karena telah berputar balik. Inilah perbedaan pilot sipil dan militer. Pilot sipil memikirkan nyawa penumpang dan unit pesawat, sementara pilot militer berpikir untuk menuntaskan misi apapun resikonya.
Misi Dua Glenn Martin ke Samarinda
Masih di hari yang sama, dua bomber M-574 dan M-575 diperintahkan terbang ke Samarinda untuk melakukan pengisian bahan bakar penuh guna keperluan patroli panjang. Masih diliputi emosi, Timmer menghukum Harry Janssen dan melarangnya untuk ikut penerbangan selama satu bulan.
Kemudian, Timmer naik ke dalam pesawat sebagai pilot utama. Ia berniat memberi pelajaran kepada Ernest bagaimana menjadi pilot militer yang baik. Harry, yang mendapat hukuman larangan terbang, menyelinap masuk ke dalam pesawat. Namun, keberadaannya diketahui oleh Timmer, sehingga membuat murka Timmer makin menjadi. Posisi Harry pun digantikan oleh Kopral mekanik Jan van Valen.
Kedua bomber tersebut kemudian mengudara bersamaan, M-574 terbang di ketinggian 800 meter dan M-575 di ketinggian 1.500 meter. Setelah terbang selama 22 menit, hujan deras menyambut kedua pesawat. Komunikasi radio yang pada awalnya lancar, kini terputus.
Glenn Martin M-575 berhasil mendarat di Samarinda. Seluruh awaknya menanti kedatangan M-574 yang tak kunjung terlihat. Lapangan udara Tarakan pun mengabarkan bahwa M-574 tidak berputar kembali ke pangkalan. Beberapa jam berlalu, Glenn Martin M-574 dinyatakan hilang.
Setahun kemudian, pada Januari 1942 sekelompok patroli infantri pasukan KNIL menemukan reruntuhan M574. Mereka saat itu sedang dalam misi pencarian pesawat bomber Glenn Martin M571, namun justru menemukan M-574 yang hilang setahun sebelumnya.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR