Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda membayangkan betapa luas dan misteriusnya dunia di bawah permukaan laut?
Lebih dari 70% planet kita tertutup oleh lautan, namun potensi ekonomi yang terkandung di dalamnya seringkali luput dari perhatian.
Ekonomi biru adalah istilah yang menggambarkan pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Dalam artikel ini, kita akan menyelami lebih dalam mengenai harta karun tersembunyi di bawah permukaan laut, peluang-peluang yang ditawarkan, serta tantangan yang harus dihadapi.
Simak artikel ini untuk mengetahui bagaimana kita dapat membangun masa depan yang lebih baik dengan memanfaatkan potensi laut secara optimal.
Harta karun tersembunyi
Laut, yang selama ini lebih kita kenal sebagai hamparan biru luas, ternyata menyimpan potensi ekonomi yang sangat besar. Konsep ini dikenal sebagai ekonomi biru atau ekonomi laut.
Bayangkan, segala aktivitas yang berkaitan dengan lautan, mulai dari kapal-kapal besar yang melintas hingga terumbu karang yang indah, semuanya memiliki nilai ekonomi yang signifikan.
Bank Dunia mendefinisikan ekonomi biru sebagai "penggunaan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk menguntungkan ekonomi, mata pencaharian, dan kesehatan ekosistem laut".
Bayangkan seperti ini, kita memanen ikan, tetapi juga menjaga populasi ikan tetap lestari. Kita membangun pembangkit listrik tenaga air laut, namun tetap memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan.
Singkatnya, seperti dipaparkan oleh Darian McBain di laman lse.ac.uk, ekonomi biru adalah tentang keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan laut.
Baca Juga: Koralestari di Laut Sawu demi Kelestarian Lingkungan dan Ekonomi Biru
Sektor ekonomi biru ini sangat luas, mencakup berbagai aktivitas seperti:
* Transportasi Laut: Kapal-kapal besar yang mengangkut barang dari satu negara ke negara lain menjadi tulang punggung perdagangan dunia.
* Perikanan dan Akuakultur: Ikan merupakan sumber protein utama bagi miliaran orang. Budidaya ikan juga menjadi salah satu sektor yang menjanjikan.
* Pariwisata Pesisir: Pantai-pantai yang indah menarik jutaan wisatawan setiap tahunnya, memberikan devisa yang sangat besar bagi negara.
* Energi Terbarukan: Ombak dan arus laut dapat diubah menjadi energi listrik yang bersih dan ramah lingkungan.
* Bioteknologi Laut: Makhluk hidup laut menyimpan rahasia yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misalnya dalam bidang medis.
Masa depan yang cerah
Ekonomi biru diperkirakan bernilai lebih dari AS$1,5 triliun per tahun secara global. Sektor ini menyediakan lebih dari 30 juta pekerjaan dan merupakan sumber protein vital bagi lebih dari tiga miliar orang.
Selama ini ekonomi biru telah terabaikan akibat fokus yang lebih besar pada "ekonomi hijau" (yaitu, peran aktivitas berbasis darat dalam transformasi ekonomi yang diperlukan untuk beralih ke masa depan rendah karbon),
Namun, minat yang meningkat pada ekonomi biru (juga kadang disebut "pertumbuhan biru") ditunjukkan oleh prediksi OECD bahwa ekonomi laut dapat berlipat ganda menjadi AS$3 triliun pada tahun 2030.
Di sisi lain, selain memberikan manfaat ekonomi, ekonomi biru juga memiliki peran penting dalam mengatasi perubahan iklim. Laut memiliki kemampuan menyerap karbon dioksida yang sangat besar. Dengan menjaga kesehatan laut, kita juga turut menjaga iklim bumi.
Baca Juga: Sisir Pesisir: KKP Berencana Memperluas Kawasan Konservasi pada 2045
Jantung kehidupan dan masa depan kita
Perlu diingat bahwa laut, dengan luasnya yang tak terhingga, bukanlah sekadar hamparan air asin. Ia adalah jantung kehidupan di Bumi, menjadi rumah bagi jutaan spesies dan sumber daya yang tak ternilai. Oleh karena itu, menjaga kesehatan laut adalah kunci bagi keberlangsungan hidup manusia dan planet ini.
Memahami pentingnya laut, Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) nomor 14, yang secara khusus berfokus pada "Kehidupan di Bawah Air".
Tujuan ini memiliki ambisi besar: menjaga dan menggunakan laut, samudra, dan sumber daya laut secara berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan ini, telah ditetapkan tujuh target spesifik yang harus dicapai pada tahun 2030.
Meskipun tujuan mulia ini telah ditetapkan, perjalanan menuju laut yang sehat masih panjang dan penuh tantangan. Hingga saat ini, kemajuan yang telah dicapai masih terbatas.
Walaupun ada peningkatan kecil dalam pengelolaan perikanan dan perluasan kawasan konservasi laut, namun cakupannya masih jauh dari ideal. Hanya sekitar 7,5% luas samudra yang telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi.
Mengelola harta karun dunia
Perlu disadari bahwa mengelola harta karun ini bukanlah perkara mudah. Tata kelola samudra dan ekonomi biru, yang saling terkait erat, seringkali menghadapi tantangan kompleks.
Salah satu tantangan utama adalah pemanfaatan sumber daya laut yang terfragmentasi. Setiap negara memiliki wilayah laut eksklusifnya sendiri (ZEE), namun di luar itu terdapat wilayah yang disebut Laut Lepas.
Sayangnya, kurangnya koordinasi antara negara-negara dalam mengelola Laut Lepas seringkali menyebabkan eksploitasi berlebihan dan kerusakan lingkungan.
Beruntung, pada Maret 2023, sebuah perjanjian bersejarah dicapai di Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perjanjian Laut Lepas yang bertujuan untuk menempatkan 30% dari luas samudra dunia ke dalam KKL untuk melindungi satwa liar dan memastikan akses yang adil terhadap sumber daya genetik laut.
Perjanjian ini juga mengalokasikan lebih banyak dana untuk konservasi laut dan akan berarti adanya aturan baru untuk penambangan laut dalam. Perjanjian ini akan membentuk Konferensi Para Pihak (CoP) untuk lautan, serupa dengan COP iklim dan keanekaragaman hayati.
Selain perjanjian Laut Lepas, terdapat beberapa perjanjian internasional lainnya yang mengatur kegiatan di laut, seperti:
* UNCLOS: Konvensi ini merupakan landasan hukum bagi segala aktivitas di laut dan samudra.
* PSMA: Perjanjian ini bertujuan untuk memberantas penangkapan ikan ilegal.
Pedoman untuk Perikanan Skala Kecil: Pedoman ini memberikan panduan bagi negara-negara dalam mengelola perikanan skala kecil yang berkelanjutan.
* IMO 2023: Peraturan ini mengatur berbagai aspek keselamatan dan keamanan pelayaran.
Pahlawan tak terduga
Kita sering mendengar tentang hutan sebagai paru-paru dunia. Namun, tahukah Anda bahwa samudra memiliki peran yang tak kalah penting dalam menjaga keseimbangan iklim kita?
Lebih dari itu, ekonomi biru, yang mengandalkan sumber daya laut, ternyata juga menjadi salah satu sekutu kita dalam melawan perubahan iklim.
Samudra menyerap sebagian besar panas matahari dan karbon dioksida di atmosfer. Dengan begitu, ia membantu menjaga suhu bumi tetap stabil. Selain itu, samudra juga menjadi rumah bagi beragam ekosistem yang sangat penting bagi keanekaragaman hayati global.
Ekonomi biru, yang mencakup berbagai aktivitas seperti perikanan, pariwisata bahari, dan energi laut, tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga memiliki potensi besar untuk mengatasi perubahan iklim.
Menurut Panel Tingkat Tinggi untuk Ekonomi Samudra Berkelanjutan, ekonomi laut dapat berkontribusi hingga 21% dalam upaya pengurangan emisi gas rumah kaca yang diperlukan untuk memenuhi target Perjanjian Paris dalam membatasi kenaikan suhu rata-rata global hingga 1,5°C pada tahun 2050.
Salah satu cara ekonomi biru berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim adalah melalui produksi makanan laut yang berkelanjutan. Ikan, rumput laut, dan hasil laut lainnya dapat menjadi sumber protein yang lebih ramah lingkungan dibandingkan daging ternak.
Dengan meningkatkan produksi makanan biru, kita dapat mengurangi tekanan pada lahan pertanian dan mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor pertanian.
Keuangan biru, atau investasi dalam proyek-proyek yang berkelanjutan di sektor kelautan, juga memiliki peran penting dalam mengatasi perubahan iklim. Setiap dolar yang diinvestasikan dalam proyek-proyek ini dapat menghasilkan keuntungan hingga lima kali lipat dalam bentuk manfaat lingkungan dan sosial.
Sebagai negara kepulauan dengan luas lautan mencapai 5,8 juta kilometer persegi, konsep ekonomi biru ini sungguh sangat pantas untuk diprioritaskan.
KOMENTAR