Hal ini bisa dijelaskan dengan didirikannya konsulat Ottoman, khususnya di Singapura dan Batavia berikut peran sentralnya dalam perjalanan dan lalu-lintas isu-isu terkait berbagai aspek.
Hubungan Sosial-Politik dan Keagamaan
Sejak awal pendirian, Ottoman telah menjalin kontak intensif dengan London dan Den Haag terkait tidak hanya prosedur resmi pendirian tapi juga orang yang diangkat sebagai ketua kantor perwakilan tersebut. Beberapa isu lain yang berhubungan dengan adminstrasi perkantoran juga tampil dalam korespondensi Istanbul-London-Den Haag.
Begitu pula konsulat, khususnya di Batavia, berkontribusi penting menyediakan berbagai informasi terkait dinamika sosial-politik dan keagamaan yang berlangsung di wilayah di Hindia-Belanda saat itu untuk kementerian luar negeri di Istanbul.
Informasi tersebut meliputi antara lain perang Aceh, aktivitas Snouck Hurgronje yang (dikabarkan) memanipulasi Islam, administrasi Islam dalam pemerintahan Belanda, tindakan tentara Belanda terhadap Teuku Umar, dan gerakan Sarekat Islam.
Juga termasuk dalam catatan konsulat adalah peristiwa gempa bumi di Jawa Tengah pada 1891 dan berita dari kedutaan Ottoman di Den Haag terkait permintaan izin oleh Amerika untuk mencari sumber minyak di Indonesia.
Propaganda Ottoman terkait hubungan keagamaan dengan Asia Tenggara menjadi satu topik dalam koleksi arsip di Istanbul. Selain ajakan bersatu di Hijaz saat haji dan donasi al-Qur’an untuk muslim di Jawa, juga berita kedatangan kapal Fregat Ertugrul di Asia Tenggara, topik di atas juga bisa dilihat dari do’a untuk sultan Ottoman.
Salah satu bukti dari hal ini adalah surat dari muslim Singapura yang menyatakan telah memanjatkan do’a untuk Sultan pada salat idul fitri tahun 1902. Hal ini terungkap melalui sepucuk surat dari istana Ottoman kepada Perdana Menteri, bertanggal 12 Maret 1902, yang menyatakan tingkat apresasi Sultan yang sangat tinggi—suatu kebahagiaan besar—mengetahui aktivitas muslim Singapura tersebut.
Dua tahun kemudian, 8 Oktober 1904, ketua umum konsulat Batavia mengirim surat ke Kementerian Luar Negeri di Istanbul, yang menyatakan bahwa, atas upaya dan nasehat mereka, nama Khalifah yang Agung telah disebut dengan penuh pujian pada salat Jum’at di Masjid Melayu di Pintu Pasar dan Krukut.
Atas dasar itu, ketua konsulat juga berusaha mendorong hal yang sama di kota-kota lain di Hindia Belanda. Seperti halnya kasus di Singapura, Sultan Ottoman sangat senang dengan berita yang dikirim konsulat tersebut, yang tertuang dalam surat dari istana Ottoman (sekretaris utama) kepada Perdana Menteri tanggal 24 Januari 1908.
Begitu pula sikap yang sama diberikan kepada komunitas Arab di Singapura dan muslim Burma. Mereka memanjatkan do’a untuk Sultan yang disampaikan masing-masing oleh pemimpin mereka, Ali Mas’ud, pada 2 November 1908 dan melalui telegraf ke kantor Perdana Menteri pada 12 Mei 1908.
Baca Juga: Lika-liku Siswa Hindia Belanda saat Bersekolah di Kekaisaran Ottoman
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR