Di era modern, para seniman sering kali menyembunyikan identitas mereka. Mereka juga menampilkan karya seni mereka dengan identitas fiktif. Tujuannya adalah untuk menghindari hambatan institusional yang bergantung pada jenis kelamin atau ras.
Seniman perempuan terkadang memamerkan karya mereka dengan nama laki-laki agar karya mereka dianggap serius. Misalnya, pelukis ekspresionis abstrak legendaris Grace Hartigan mengganti namanya menjadi George.
Pada abad ke-20, kerahasiaan menjadi alat konseptual, yang penggunaannya tidak terbatas pada ranah seni visual. Khususnya bagi seniman grafiti, kerahasiaan memiliki keuntungan tersendiri.
Grafiti digolongkan sebagai vandalisme dan ilegal di banyak negara. Seniman grafiti memiliki gaya yang beragam dan mudah dikenali. Tapi mencantumkan nama asli mereka di bawah karyanya dapat membuat mereka terancam hukuman penjara.
Namun, dalam kasus Banksy, anonimitasnya memiliki fungsi lain. Tanpa identitas, Banksy tampak seperti pahlawan super bertopeng. Siapa pun yang marah, tertindas, atau sekadar tidak acuh terhadap dunia di sekitar mereka bisa jadi adalah Banksy.
Karya Banksy yang terkenal
Banksy mulai dikenal publik pada tahun 1990-an. Saat itu ia membuat serangkaian grafiti anti-kemapanan di Bristol. Gayanya mudah dikenali. Seperti penggunaan stensil, palet warna yang didominasi hitam dan putih dengan bercak-bercak warna kecil. Dalam karyanya, ia menyampaikan pesan politik langsung, yang tidak lepas dari ironi.
Tak lama setelah pengakuan publik, kesuksesan finansial pun datang. Dalam salah satu wawancaranya, Banksy menyatakan bahwa kesuksesan komersial sama saja dengan kegagalan bagi seniman grafiti. Meski begitu, ia tidak menarik diri dari pasar seni. Untuk menghindari penipu, perusahaan Banksy, Pest Control, mengurus verifikasi dan penjualan karya-karyanya.
Selain grafiti, Banksy terkadang bekerja dengan seni patung dan instalasi. Karya terbesarnya saat ini menampilkan pameran pop-up bernama Dismaland. Dismaland dibangun di lokasi kolam renang umum yang terbengkalai di Somerset, Inggris. Dismaland pada hakikatnya berfungsi sebagai parodi Disneyland yang menyimpang.
Taman hiburan Banksy membawa keputusasaan alih-alih kegembiraan. Bukan wahana yang menyenangkan, para pengunjung justru mengamati instalasi tentang kebrutalan polisi, rasisme, konsumerisme, dan krisis iklim.
Pembeli rata-rata karya Banksy sangat jauh dari ide-idenya yang antikapitalis, antikonsumerisme, dan antikemapanan. Salah satu gerakan protesnya yang terkenal terjadi saat penghancuran lukisan Girl with a Balloon saat pelelangan di Sotheby's 2018. Banksy menerapkan mekanisme penghancuran diri pada bingkai lukisan. Karyanya dihancurkan tepat setelah dijual kepada pelanggan seharga $1,3 juta.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR