Kelebihan berat badan dilihat sebagai tanda kesuksesan ekonomi, dan juga dianggap berhubungan dengan kesejahteraan dan kebahagiaan. Klub pria gemuk pertama didirikan di Kota New York pada tahun 1869.
Dalam komunitas yang prestisius ini, pria gemuk yang kaya raya akan berkumpul untuk merayakan dan memamerkan obesitas mereka. Keanggotaannya bergantung pada berat badan—biasanya, minimal berat badannya 90 kg.
Klub pria gemuk kemudian menjadi semakin populer di seluruh Amerika Serikat, dan khususnya secara umum di negara bagian Texas. Selain di Amerika, The Fat Men's Club juga merambah hingga di Prancis, Serbia, dan Inggris.
Pada pertemuan klub pria gemuk, selalu ada penimbangan yang sering kali menjadi kompetitif. Terutama di klub yang menetapkan peran berdasarkan berat badan, di mana yang paling gemuk diangkat menjadi presidennya.
Kemudian, pria yang paling gemuk kedua akan menjadi bendahara, dan seterusnya. Hari ini, kita akan berusaha mengecilkan berat badan, tetapi dulu, anggota klub gemuk berusaha keras untuk menambah berat badan di penimbangan demi mendapat jabatan prestisius.
Terkadang, demi ambisinya, pria yang curang akan mengisi saku mereka dengan koin, sehingga bertambahlan berat badannya. Barulah pada tahun 1920-an, ketika hubungan antara obesitas dan kesehatan yang buruk menjadi lebih dikenal, klub pria gemuk mulai ditinggalkan.
Salah satu yang terbesar, Klub Pria Gemuk di New England, terakhir kali bertemu pada tahun 1924. Saat itu, keanggotaan telah turun dari 10.000 menjadi hanya 38, dan ketika tidak ada yang lulus penimbangan, klub tersebut akhirnya bubar.
Betapa pun, dalam kurun sejarah Amerika, menjadi gemuk berarti menggambarkan kesejahteraan hidup dan makan sepuasnya menjadi keinginan banyak orang kala itu. Sebaliknya, menjadi kurus tidak dianggap menarik.
Sampai pada stigma bahwa bertubuh gemuk itu seksi, seperti yang diilustrasikan oleh seni Rubens dan standar kecantikan modelnya yang bertubuh besar. Namun, beberapa melampaui gaya Rubenesque.
Ambil contoh Raja Rumanika, penguasa kesembilan belas Buganda di Afrika Tengah, yang menyukai wanita yang sangat gemuk. Alih-alih mencari yang bertubuh kurus, Rumanika memiliki harem wanita-wanita bertubuh besar.
Begitu besarnya, mereka tidak bisa berdiri. Alih-alih berjalan, mereka berjalan terhuyung-huyung seperti anjing laut gajah. Mereka diberi makan—atau lebih tepatnya, dipaksa makan—bubur yang mengandung banyak susu kambing agar tetap montok.
Sang raja memerintahkan para pelayan untuk berdiri di atas harem-harem besarnya pada waktu makan dengan cambuk untuk memastikan mereka menghabiskan semua makanan yang diberikan.
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR