Nationalgeographic.grid.id—Hingga beberapa tahun terakhir, Pulau Milos di Yunani merupakan surga tersembunyi yang hanya diketahui oleh sebagian kecil turis. Selain pantainya yang indah, pulau ini juga terkenal akan tambang belerangnya yang disebut Theorychia. Bagaimana kisah tambang belerang yang sudah mulai ditinggalkan itu?
Pulau Milos terbentuk akibat beberapa letusan gunung berapi, lebih dari satu juta tahun yang lalu. Oleh karena itu, Milos penuh dengan mineral dan telah dieksploitasi secara industri selama berabad-abad. Ada berbagai aktivitas industri untuk mengekspor berbagai jenis mineral seperti bentonit, perlit, besi, belerang, dan mangan di penjuru pulau.
Saat ini, sebagian besar tambang telah ditinggalkan dan dibiarkan terbengkalai di pulau tersebut.
Tambang belerang Milos, yang dalam bahasa Yunani disebut Theorychia, terletak di Pantai Paliorema, di pesisir tenggara Milos. Cekungan tanah berbatu tandus di pesisir timur Pulau Milos didominasi oleh bekas pabrik tambang yang menjulang setinggi 63 meter. Namun pemandangan pantainya sangat indah.
Tambang ini dibangun pada tahun 1930 dan digunakan untuk mengekstraksi belerang. Mengutip dari laman Desolation Road, "Sebagian besar belerang diekspor ke Prancis untuk digunakan sebagai pestisida bagi tanaman anggur."
Para penambang menggali terowongan di sekitar lereng bukit, menggunakan dinamit untuk mengumpulkan belerang. Kemudian penambang akan membawa kembali belerang ke fasilitas pemrosesan tempat belerang diekstraksi dari bijih dengan memanaskannya hingga mencair. Akhirnya, belerang didinginkan sebelum dikumpulkan dalam kereta dan dibawa ke fasilitas dermaga untuk dikirim dengan perahu.
Kondisi para pekerja Theorychia
Jauh di dalam perut bumi yang gelap, para pekerja harus menghirup belerang. Di dalam tambang itu terasa sesak sehingga membuat mereka kesulitan untuk bernapas. Mereka harus menggali tanah dengan kondisi seperti itu dan mengisi kereta-kereta dengan belerang.
Dan di permukaan, keadaannya tidak jauh lebih baik bagi pekerja tambang. Asap tungku dari penghancuran mineral dan pencairannya oleh uap bertekanan, menutupi semuanya dengan kabut kuning beracun. Ironisnya, kabut belerang itu mengambang di udara secara permanen.
Lapisan debu belerang tebal mengendap dan tampak di mana-mana. Mulai dari di pabrik, pembangkit listrik, bengkel mesin, dan gudang material. Pekerja tambang bahkan menemukan lapisan debu belerang di kantor administrasi, asrama, dapur dan restoran.
Baca Juga: Singkap Komunitas Mikrob Unik yang Hidup di Bekas Pulau Hunga Tonga
Sekitar 300 pekerja kembali ke rumah setiap Sabtu sore dan kembali bekerja setiap Senin pagi. Saat itu, mereka mendapatkan kesempatan untuk menghirup udara segar. Tidak hanya itu, rupanya berada di dalam tambang pun cukup menegangkan buat mereka.
Selain harus menghirup bahan kimia beracun, pekerja pun menghadapi risiko kecelakaan di dalam tambang. Bukan cuma itu, upah pekerja yang rendah pun kerap kali dibayar terlambat oleh para majikan.
Setelah tahun 1952, para pekerja itu pun sering melakukan mogok dan pemberontakan akibat ketidakadilan yang mereka rasakan. Senjata mesin yang dipasang oleh Gendarmerie di pos terdepannya di luar pabrik pada bulan April 1956. Hal itu dilakukan oleh para pemilik tambang yang takut akan pemberontakan lebih lanjut. Namun rupanya upaya itu tidak banyak membantu.
Pekerja tambang bekerja di bawah Nazi
Dengan invasi Jerman ke Yunani pada tahun 1941-1944, pekerja tambang harus bekerja di bawah ancaman senapan Nazi. Ironisnya, kali ini mereka harus rela bekerja tanpa bayaran. Semua pekerja bekerja di bawah pengawasan ketat tentara Wehrmacht.
Situasi kerja di Theorychia sangat keras. Buruh harus bekerja di bawah tanah dan menghirup debu belerang. Debu belerang itu dapat memengaruhi paru-paru, jantung, dan ginjal. Selain itu, mereka juga menderita kekurangan ventilasi di dalam terowongan. Suhu di terowongan bisa mencapai di atas 40°C akibat reaksi kimia mineral.
Akhir dari tambang belerang Milos
Milos adalah satu-satunya daerah di Yunani memiliki belerang dalam jumlah besar. Eksploitasinya dimulai pada pertengahan abad ke-19. Sejak tahun 1862, tambang tersebut diserahkan ke tangan bankir London Vassilios Melas, produksi tidak pernah mencapai tingkat yang memuaskan. Pasalnya, produksi belerang hanya dibatasi hingga 600 ton per tahun.
Yunani mengambil alih tambang belerang Milos pada tahun 1862. Pada tahun 1910-an dan 1920-an, produksi menurun, terutama karena impor belerang dari Italia dan Amerika Serikat. Tetapi pada tahun 1928, tambang tersebut diakuisisi oleh perusahaan "Milos Sulfur Mines SA".
Jerman kemudian mengambil alih. Pasukan Nazi ditarik dari Yunani pada bulan Oktober 1944. Tambang tersebut dibuka kembali selama 2 tahun; tetapi pada tahun 1946 tambang tersebut ditutup lagi. Saat itu, 180 pekerjanya diberhentikan. Tambang tersebut dibuka kembali pada tahun 1952 oleh pengusaha baru. Namun pengusaha ini pun tidak bertahan lama. Ia mulai merasa kesulitan untuk membayar gaji pekerjanya tepat waktu.
Pada tahun 1958, pabrik ditutup karena belerang menjadi produk sampingan dari penyulingan minyak berbiaya jauh lebih rendah. Hingga saat itu, sekitar 125.000 ton bijih telah ditambang di tambang belerang Milos.
Pada tahun 1960-an, sebuah perusahaan swasta melakukan penelitian di lokasi tersebut, hingga akhirnya gerbang ditutup pada tahun 1969.
Ketika berkunjung ke daerah bekas tambang belerang, Anda akan disuguhi pemandangan 2 bukit. Bukit tersebut bak dilukis di atas kanvas, dengan warna kuning, merah, cokelat dari belerang dan karat. Di sisinya, tampak pemandangan Laut Aegea yang menawan.
Tambang tersebut dibiarkan begitu saja. Bangunan-bangunan hancur, kantor dan isinya pun perlahan dibiarkan rusak tanpa perlindungan dari angin laut dan garam.
Mengunjungi Tambang Belerang Milos
Jalan menuju tambang belerang dimulai dari Desa Zefyria dan bagian terakhir hanya dapat diakses oleh kendaraan roda empat. Selain itu, terdapat tempat parkir di dataran tinggi sekitar 200 meter dari tambang.
Yunani secara resmi menyatakan tambang tersebut sebagai monumen industri pada tahun 2005. Namun tidak dibangun fasilitas yang memadai untuk para wisatawan. Akibatnya, sangat berbahaya untuk memasuki gedung dan galeri. Selain ada kemungkinan bangunan runtuh dan penyusutan tanah, Anda juga berisiko menghirup asap belerang.
Theorychia dinyatakan sebagai situs bersejarah oleh Kementerian Kebudayaan Yunani dan merupakan contoh penting warisan budaya modern.
Belasan Wilayah Indonesia Alami Kekeringan, Deteksi Dini Bisa Jadi Kunci Mitigasi
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR