Pada tahun 376 SM, terjadi pertempuran laut di Naxos, di mana orang Athena berhasil mengalahkan pasukan Lacedaemonia untuk pertama kalinya sejak bencana di Aegospotami, sehingga mereka mendapatkan kembali kekuasaan maritim.
Peran Phocion, yang memimpin sayap kiri di bawah Chabrias, sangat menentukan. Namanya menjadi terkenal, dan kota mulai melihatnya sebagai pemimpin masa depan.
Pada tahun 349 SM, ketika pasukan Philip II (ayah Alexander Agung) menginvasi Euboea dan menempatkan para tiran, Jenderal Yunani Kuno Phocion dikirim untuk melawan mereka.
Meskipun pasukannya kecil dan mengalami pengkhianatan serta pembelotan, ia berhasil mengalahkan lawan di Tamynae pada tahun 348, merebut benteng Zaritra yang terletak strategis di titik tersempit pulau, dan menata keadaan dengan baik untuk kepentingan Athena.
Kepemimpinan Strategis Phocion
Pada tahun 342 SM, Phocion mengatur bantuan untuk Megara, membawa kota tersebut ke dalam aliansi dengan Athena. Pada tahun 341 SM, ia kembali memimpin kampanye di Euboea.
Ketika Philip menyerang Hellespont pada 339 SM, warga Byzantium meminta bantuan Athena. Pada awalnya, para orator dan demagog menunjuk Chares yang kurang dapat diandalkan sebagai jenderal. Namun, mereka segera meyakinkan rakyat bahwa mereka telah salah dalam mengirim bantuan.
Phocion kemudian berbicara kepada orang Athena, mengatakan bahwa mereka seharusnya tidak menyalahkan sekutu mereka atas kurangnya kepercayaan, melainkan menyalahkan para jenderal yang gagal menginspirasi kepercayaan tersebut.
Majelis kota pun berkumpul kembali dan mengirim Phocion ke Hellespont, di mana ia berhasil menyelamatkan Byzantium. Philip mundur, dan Phocion melanjutkan operasinya dengan sukses hingga ia terluka dan kembali ke Athena.
Filsafat Politik dan Konflik dengan Para Demagog
Menjelang Pertempuran Chaeronea (338 SM), kota Athena memilih jenderal-jenderal lain untuk memimpin perang.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR