Nationalgeographic.co.id—Phocion adalah seorang politikus dan jenderal Yunani kuno dari Athena. Ia dianggap sebagai tokoh publik paling berpengaruh pada masanya yang terkenal adil, jujur, berani, tidak mementingkan diri sendiri, dan seorang yang demokratis.
Satu-satunya kekurangannya adalah kesulitannya meyakinkan orang lain dengan kata-katanya. Namun, hal ini tidak mencegahnya untuk terpilih menjadi jenderal sebanyak 45 kali, sebuah pencapaian yang belum pernah terjadi sebelumnya di Athena.
Perannya sebagai pemimpin faksi pro-Makedonia juga tidak mencegahnya untuk berperang melawan Makedonia pada beberapa kesempatan.
Pendidikan awal Phocion dan awal mula karir militer
Menurut Plutarch, asal usul Phocion tidaklah sederhana, seperti yang diklaim oleh berbagai pendahulunya. Ia belajar di bawah bimbingan Plato dan Xenocrates, dan sejak dini mengembangkan karakter yang baik.
Plutarch menambahkan bahwa ketika ia masih muda, Phocion sangat dekat dengan Chabrias sang jenderal, yang darinya ia memperoleh banyak pengalaman militer. Ia menulis:
“Karena itu, Chabrias, yang dikenal sebagai pria baik hati dan terhormat, sangat menghargai Phocion. Ia sering mengajaknya dalam berbagai tugas dan mempromosikan Phocion dalam berbagai misi serta perintah, membuatnya dikenal oleh orang-orang Yunani dan mempercayakannya dalam berbagai urusan penting. Terutama dalam pertempuran laut di Naxos, Chabrias memberikan reputasi besar bagi Phocion.
Ia menugaskan Phocion untuk memimpin sayap kiri. Di sana, pertempuran berlangsung sengit dan hasilnya segera ditentukan. Karena pertempuran ini adalah pertempuran laut pertama yang dihadapi oleh Athena melawan orang-orang Yunani atas nama mereka sendiri sejak kota mereka direbut, dan karena berhasil dimenangkan, mereka memberikan penghormatan besar kepada Chabrias dan mulai memandang Phocion sebagai orang yang pantas memimpin.
Kemenangan ini diraih saat berlangsungnya perayaan Misteri Agung. Oleh karena itu, Chabrias setiap tahun memberikan anggur bagi orang-orang Athena untuk merayakan festival tersebut pada hari keenam belas bulan Boëdromion.”
Jenderal Yunani Kuno Phocion dan Prestasi Militer-Nya
Sebagai seorang yang diajarkan hidup sesuai dengan ajaran moral filsuf Yunani kuno, Plato, dan memiliki kebajikan sejati, Phocion mengadopsi gaya hidup Socrates.
Baca Juga: Galen, Dokter Zaman Yunani Kuno yang Dianggap Bapak Farmakologi
Baik di Athena maupun selama kampanye militernya, ia selalu berjalan tanpa alas kaki dan tanpa pakaian tambahan, kecuali jika cuaca sangat dingin dan sulit ditahan. Para prajuritnya bahkan bergurau bahwa cuaca pasti sangat parah jika Phocion terlihat memakai mantel.
Pada tahun 376 SM, terjadi pertempuran laut di Naxos, di mana orang Athena berhasil mengalahkan pasukan Lacedaemonia untuk pertama kalinya sejak bencana di Aegospotami, sehingga mereka mendapatkan kembali kekuasaan maritim.
Peran Phocion, yang memimpin sayap kiri di bawah Chabrias, sangat menentukan. Namanya menjadi terkenal, dan kota mulai melihatnya sebagai pemimpin masa depan.
Pada tahun 349 SM, ketika pasukan Philip II (ayah Alexander Agung) menginvasi Euboea dan menempatkan para tiran, Jenderal Yunani Kuno Phocion dikirim untuk melawan mereka.
Meskipun pasukannya kecil dan mengalami pengkhianatan serta pembelotan, ia berhasil mengalahkan lawan di Tamynae pada tahun 348, merebut benteng Zaritra yang terletak strategis di titik tersempit pulau, dan menata keadaan dengan baik untuk kepentingan Athena.
Kepemimpinan Strategis Phocion
Pada tahun 342 SM, Phocion mengatur bantuan untuk Megara, membawa kota tersebut ke dalam aliansi dengan Athena. Pada tahun 341 SM, ia kembali memimpin kampanye di Euboea.
Ketika Philip menyerang Hellespont pada 339 SM, warga Byzantium meminta bantuan Athena. Pada awalnya, para orator dan demagog menunjuk Chares yang kurang dapat diandalkan sebagai jenderal. Namun, mereka segera meyakinkan rakyat bahwa mereka telah salah dalam mengirim bantuan.
Phocion kemudian berbicara kepada orang Athena, mengatakan bahwa mereka seharusnya tidak menyalahkan sekutu mereka atas kurangnya kepercayaan, melainkan menyalahkan para jenderal yang gagal menginspirasi kepercayaan tersebut.
Majelis kota pun berkumpul kembali dan mengirim Phocion ke Hellespont, di mana ia berhasil menyelamatkan Byzantium. Philip mundur, dan Phocion melanjutkan operasinya dengan sukses hingga ia terluka dan kembali ke Athena.
Filsafat Politik dan Konflik dengan Para Demagog
Menjelang Pertempuran Chaeronea (338 SM), kota Athena memilih jenderal-jenderal lain untuk memimpin perang.
Sekembalinya, Phocion berbicara di Majelis, mendorong mereka untuk menerima perjanjian damai yang ditawarkan oleh Philip. Seorang demagog mengecamnya karena menganjurkan perdamaian ketika Athena sudah bersiap untuk perang.
Phocion menjawab, “Ya, saya berani, meskipun saya tahu bahwa dalam perang saya akan memerintah kalian, sementara dalam damai kalian akan memerintah saya.”
Setelah kekalahan besar di Pertempuran Chaeronea, Phocion berjuang di dua front. Yang pertama adalah melawan para penghasut yang ingin melanjutkan perang di bawah kepemimpinan Charidemus, seorang jenderal petualang.
Yang kedua adalah melawan Demades, pemimpin faksi pro-Makedonia, yang mendorong penandatanganan perjanjian kosong.
Phocion berhasil menggagalkan rencana Charidemus, tetapi Demades pada akhirnya menang. Kota tersebut segera menyesali keputusannya setelah menyadari syarat-syarat yang tidak terjangkau.
Integritas Phocion dan Hubungannya dengan Alexander
Setelah Makedonia menguasai Yunani, Phocion tetap menjalin hubungan dengan para pemimpin Makedonia.
Alexander Agung begitu menghormatinya hingga mengirim hadiah sebesar seratus talenta (unit mata uang). Ketika pembawa hadiah tersebut tiba di Athena, Phocion bertanya mengapa di antara begitu banyak orang Athena, Alexander memilih memberi hadiah kepadanya.
Mereka menjawab, “Karena Alexander menilai hanya Anda seorang yang memiliki kehormatan dan nilai.”
Phocion kemudian menjawab, “Kalau begitu, biarkan aku tetap seperti adanya dan selalu dianggap seperti itu.”
Para utusan terus membujuknya untuk menerima uang tersebut. Menurut Plutarch, Phocion, melihat seorang lelaki tua miskin di jalan dengan mantel yang lusuh.
Ia bertanya kepada mereka apakah mereka menganggap dirinya lebih rendah dari pria tersebut. "Jangan sampai terjadi!" seru mereka.
“Namun,” kata Phocion, “orang ini hidup dengan lebih sedikit daripada saya dan merasa cukup.
Singkatnya, jika saya tidak memanfaatkan uang ini, memiliki uang ini takkan berguna. Namun, jika saya menggunakannya, mungkin saya dan sang raja akan mendapat celaan dari warga kota.”
Warisan Phocion Sejajar dengan Socrates
Phocion, seorang jenderal dan orator Yunani Kuno, menjalani hidupnya mengikuti prinsip-prinsip Socrates.
Kelembutan dan keadilan yang ia tunjukkan tampak dalam interaksinya dengan orang lain. Bahkan terhadap lawannya, Phocion mencerminkan keyakinan Socrates bahwa orang yang adil tetap bermanfaat, bahkan bagi musuhnya.
Tidak ada yang pernah melihat Phocion tertawa, menangis, mandi di tempat umum, atau berpakaian mewah.
Dalam ekspedisi militer, ia berjalan tanpa alas kaki dan mengenakan pakaian sederhana, hanya memakai mantel saat musim dingin yang sangat keras.
Phocion berusaha memulihkan nilai-nilai kepemimpinan kuno dari masa Solon, Aristides, dan Pericles, di mana para pemimpin menggabungkan kebijaksanaan politik dengan keberanian militer.
Seperti Socrates, ia berupaya memadukan kecerdasan seorang filsuf dengan keberanian seorang pejuang.
Kematian Phocion, yang disusul penyesalan besar dari rakyat, mengingatkan masyarakat Yunani pada nasib Socrates. Baik dalam ketidakadilan yang ia alami maupun kesedihan yang menimpa Athena sesudahnya.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR