Organisasi Lembaga Seniman dan Budayawan Muslim Indonesia atau disingkat Lesbumi berdiri pada tahun 1962 dalam kongres pertama di Bandung.
Lesbumi berdiri sebagai sebuah badan otonom NU. Kongres pertama Lesbumi di Bandung pada awal berdirinya Lesbumi dengan susunan awal ketua pertama dari Lesbumi yaitu Djamaluddin Malik, ketua II yaitu Usmar Ismail, dan ketua III yaitu Asrul Sani.
"Ketiga tokoh pemimpin Lesbumi pada periode pertama merupakan tokoh dalam bidang perfilman Indonesia. Lesbumi kemudian tumbuh sebagai salah satu lembaga kesenian terbesar pada periode tersebut," tulisnya.
Kehadiran Lesbumi berguna menjadi penghadang terhadap ideologi komunis yang disebarkan PKI (Partai Komunis Indonesia) melalui Lekra, lembaga kesenian yang saat itu bergabung dengan PKI.
Banyak seniman muslim yang tergabung dalam Lesbumi menjadi bukti keberhasilan dari Lesbumi. Saat itu pengaruh Lesbumi bukan hanya pada bidang kesenian dan kebudayaan nasional akan tetapi Lesbumi juga menghantarkan Indonesia dalam dunia internasional.
Dakwah Kebudayaan LESBUMI
Usmar mengabdikan diri sebagai Ketua Lesbumi sejak pendiriannya pada 1962. Ia aktif di bawah bendera Nahdlatul Ulama.
Bahkan, ia tercatat sebagai anggota parlemen mewakili NU yang kala itu masih menjadi partai. Ia dianggap sebagai musuh bagi kalangan seniman yang aktif dan bergabung di Lekra sebagaimana ditulis Syakir NF dalam Satu Abad Usmar Ismail, Tokoh NU Bapak Perfilman Indonesia.
"Namun, posisinya yang kuat di NU membuat Usmar tidak gentar menghadapi berbagai upaya yang mengusiknya. Keaktifannya dalam tubuh NU dengan latar belakang keluarganya yang agamis memberikan warna tersendiri dalam beberapa film yang dibuatnya," papar Syakir.
KH Saifuddin Zuhri yang kala itu menjadi Menteri Agama pernah secara khusus meminta pertimbangan kepadanya dan rekanannya di Lesbumi saat hendak membuat film haji berjudul Panggilan Tanah Sutji (1963).
Hal ini dilakukan Kiai Saifuddin sebagai bentuk perlawanan terhadap Lekra yang merupakan organisasi di bawah PKI.
Baca Juga: Sejarah Dunia: Jadi Penghubung Asia-Eropa, Bagaimana Jalur Sutra Terbentuk?
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR