Kebudayaan, termasuk film ini, menurut Sekretaris Jenderal PBNU era KH Idham Chalid itu, adalah cara untuk menghadapi PKI yang memiliki paham anti agama.
Terdapat tiga faktor ekstern yang menjadi momen historis kelahiran Lesbumi. Pertama, dikeluarkannya manifesto politik oleh presiden Soekarno.
Kedua, pengarustamaan nasakom dalam tata kehidupan sosio-budaya dan politik Indonesia pada tahun 1960-an, dan ketiga, perkembangan Lekra (1950), organisasi kebudayaan yang sejak akhir tahun 1950-an dan seterusnya semakin menampakkan kedekatan hubungan dengan PKI baik secara kelembagaan maupun ideologis.
Sedangkan perhatian partai NU dalam bidang kebudayaan khususnya dalam kesenian memunculkan adanya keinginan dari beberapa kiai yang ingin memperbarui kebudayaan yang ada dalam NU serta mengikuti kemajuan zaman. Hal ini juga yang kemudian menjadi salah satu faktor berdirinya Lesbumi dalam tubuh NU.
Beberapa gerakan Lesbumi dalam pengembangan budaya Islam mencakup beberapa bidang. Pertama, bidang perfilman dengan melakukan pengenalan film bioskop kepada warga NU yang pada tahun 1960-an tidak mengenal bioskop.
Antusiasme terlihat dari banyaknya warga NU yang hadir dalam pemutaran film pertama Lesbumi pada tahun 1964 yang berjudul Panggilan Tanah Suci.
Film ini merupakan film islami yang digarap oleh Lesbumi yang bekerjasama dengan Departemen Penerangan RI, Depratemen Agama RI, Persari Film dan Sativa.
Kedua, bidang seni teater dengan mengembangkan kesenian teater Lesbumi di cabang daerah yang berasal dari lingkungan pesantren dan diisi oleh para santri.
Teater dari Lesbumi ini sendiri pada awalnya dibuka dengan tabuhan musik dari rebana. Salah satu seni teater di bawah naungan Lesbumi terdapat di daerah Situbondo.
Kelompok seni teater ini merupakan salah bentuk upaya perpaduan antara seni Islam dan budaya daerah yang diberi nama kelompok “Al Badar”.
Ketiga, bidang seni tari dengan salah satu contoh kesenian tari Islam yaitu tari Kuntulan. Tari Kuntulan yang berasal dari wilayah Jawa Timur. Menurut sejarah, tarian ini muncul pada tahun 1960-an.
Lesbumi cabang wilayah Ponorogo juga membentuk kelompok kesenian tari Reog yaitu kelompok Cabang Kesenian Reog Agama atau “Cakra” dan Kesenian Reog Islam atau “Kris”.
NU di Ponorogo kemudian mencipatakan sebuah seni tari yang dianggap dapat mewakili nilai religi Islam yaitu kesenian gajah-gajahan.
Keempat, bidang seni musik yang menjadi sebuah media dakwah oleh Lesbumi. Perhatian Lesbumi terhadap seni musik Islam sendiri terlihat dari beberapa wilayah cabang Lesbumi yang memiliki kelompok orkes gambus dan dangdut.
Salah satu orkes dangdut yang berkembang di wilayah Banyuwangi yaitu “Orkes Lesbumi Sinar Laut Muntjar”.
Usmar wafat pada 2 Januari 1971 dalam usia yang relatif masih muda, 49 tahun. Dalam sambutannya pada pelepasan jenazah, KH Idham Chalid yang mewakili NU menyebut rekannya tersebut sebagai seniman dan budayawan Muslim yang menjadi ‘Juru Dakwah Islam’.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR