Nationalgeographic.co.id—Iapetus, salah satu titan dalam mitologi Yunani kuno merupakan putra Uranus (langit) dan Gaia (bumi). Meski tidak terlalu tenar seperti titan lainnya, tetapi ia memainkan peran penting dalam mitos tertentu dan memiliki anak-anak dengan peran terkemuka.
Iapetus adalah salah satu dari dua belas Titan dari kedua orang tua yang merupakan tokoh mistis yang telah ada jauh sebelum Zeus dan dewa-dewa Olimpus lainnya berkuasa.
Iapetus secara umum dianggap sebagai dewa kematian. Ibunya, Gaia, dianggap sebagai nenek dari setiap makhluk hidup baik yang fana dan abadi.
Menurut mitologi Yunani, Gaia digambarkan menjadi awal dari segalanya dan bukanlah suatu kebetulan bahwa ia diberi gelar Ibu Bumi Tertinggi.
Selain kedua belas Titan, Gaia juga mempunyai anak-anak lain termasuk tiga Cyclops dan tiga Hecatoncheires. Sementara dengan saudara Uranus yang bernama Pontus, Gaia melahirkan lima dewa laut. Dengan demikian, banyak tokoh penting dalam mitologi Yunani sebenarnya saudara kandung Iapetus.
Dua Belas Titan Yunani
Dalam Theogony karya penyair Yunani Hesiod, dua belas Titan asli, yang juga disebut Uranides, terdiri dari enam putra dan enam putri Uranus dan Gaia.
Mereka disebut Titan karena ukuran tubuh mereka yang besar, kekuatan berlebih, dan diyakini jauh lebih unggul daripada anak-anak mereka nantinya.
Makhluk raksasa dengan tubuh yang besar tampaknya bukan hal yang aneh pada waktu itu karena anak-anak Gaia lainnya juga dikatakan bertubuh besar.
Akan tetapi, para Titan memiliki paras dan penampilan yang lebih cantik daripada para Cyclops (makhluk bermata satu) dan Hecatoncheires (makhluk dengan seratus tangan dan lima puluh kepala) yang digambarkan seram.
Atas perbedaan penampilan ini, Uranus pun pilih kasih terhadap anak-anaknya karena merasa malu dan takut pada kekuatan mereka. Uranus memenjarakan anak-anaknya yang buruk rupa di Tartarus hingga Gaia kesakitan dan murka.
Baca Juga: Dewa Yunani Kuno Aether Bertakhta di Lapisan Atmosfer Tertinggi
Gaia, yang marah atas perlakuan Uranus terhadap anak-anaknya yang buruk rupa, memutuskan untuk melawan. Ia meminta bantuan para Titan untuk membebaskan Hecatoncheires dan Cyclopes.
Di antara para Titan, hanya Cronus, anak bungsu dan paling berani, yang setuju untuk melawan Uranus. Dengan bantuan Gaia, Cronus menyerang Uranus menggunakan sabit, melukai dan menyingkirkan ayahnya dari kekuasaan.
Para Titan konon mempraktikkan sihir dan ritual kuno. Kekuatan fisik mereka dikatakan sama hebatnya dengan kekuatan magis mereka.
Iapetus: Titan Kematian
Rittika Dhar dalam Iapetus: Dewa Kematian dari Yunani sebagaimana dimuat di History Cooperative, menyebut bahwa Kekuatan para titan kuno tidak mudah dipahami.
"Kekuatan para titan tidak didefinisikan secara konkret karena peran dan atribut mereka tidak dijelaskan secara mendetail dalam mitos," ungkapnya.
"Para Titan sering digambarkan sebagai kekuatan primordial yang mewakili aspek-aspek alam atau kosmik tertentu, seperti Hyperion yang melambangkan cahaya surgawi, atau Mnemosyne, yang melambangkan ingatan."
"Namun, kekuatan ini tidak selalu memiliki batasan atau fungsi yang jelas, berbeda dengan para dewa Olympian," paparnya.
Misalnya saja dewa Olympian Zeus (yang memerintah langit) atau Poseidon (penguasa lautan). Sementara titan lebih sering dipandang sebagai kekuatan besar yang sulit dipahami sepenuhnya.
"Namun, sebagian besar sumber sepakat bahwa Iapetus adalah dewa kematian yang dianggap sebagai kekuatan paling ganas dan merusak di antara para Titan lainnya dan hanya dialah yang terhubung dengan kematian," tegas Rittika.
Baca Juga: Mitologi Dayak Kalimantan: Orangutan Sebagai Spesies Istimewa Bagi Masyarakat Adat
Namun tak hanya digambarkan sebagai dewa kematian, melalui putra-putranya, Iapetus memiliki hubungan yang paling kuat dengan yaitu manusia. Bahkan, dewa kematian ini dianggap sebagai bapak atau kakek ras manusia.
Arti Nama Iapetus
Etimologi 'Iapetus' tidak pasti, kemungkinan berasal dari kata Yunani 'iaptein,' yang berarti 'melempar' atau 'melukai.'
Bisa jadi merujuk pada Zeus yang melemparkan Iapetus dan saudara-saudaranya ke Tartarus. Namun, kata ini juga bisa berarti bahwa Iapetus adalah orang yang melukai lawan-lawannya.
Makna yang lebih brutal dan keras di balik nama 'Iapetus' adalah kepercayaan bahwa nama itu berasal dari bahasa Yunani 'iapetus' atau 'japetus,' yang berarti 'menusuk,' yang diasumsikan dengan tombak.
Hal ini menjadikan Iapetus sebagai agresor dan memang The Piercer adalah gelar yang paling dikenal darinya. Meskipun teks tentang Titanomachy hanya ada sedikit, beberapa sumber mengatakan bahwa Iapetus adalah salah satu jenderal dalam perang melawan dewa-dewa yang lebih muda.
Iapetus akhirnya dikalahkan dalam pertarungan satu lawan satu melawan Zeus. Gambaran Iapetus sebagai pejuang dan petarung yang ganas ini sesuai dengan gelarnya sebagai The Piercer dan statusnya sebagai dewa kematian.
Akan tetapi, ada interpretasi lain untuk julukan ini yang menyebut Iapetus sebagai dewa kerajinan. Jika ia memang memainkan peran ini, maka dualitas Iapetus akan menjadi aspek yang menarik.
Akan tetapi, hanya ada sedikit bukti untuk interpretasi ini dan sebagaian besar teks tetap menyebutnya sebagai dewa kematian.
Peran dan penyebutan Iapetus dalam mitologi Yunani terkait erat dengan tindakan dan peran saudara-saudaranya. Mereka semua terlibat dalam dua perang besar dan pergolakan yang disebabkan oleh peralihan kekuasaan dari Uranus ke Cronus dan kemudian ke Zeus.
Mengingat perannya dalam perang-perang ini dan putra-putra yang dilahirkannya, Iapetus memainkan peran kecil tetapi signifikan dalam mitologi Yunani.
Baca Juga: Hemera: Dewi Yunani Kuno yang Berevolusi Bersama Fajar Menyinsing
Kejatuhan Uranus
Uranus merasa jijik dengan anak-anaknya yang dianggap buruk rupa, yaitu Cyclops dan Hecatoncheires. Karena itu, ia memenjarakan mereka di Tartarus, tempat yang gelap dan jauh di dalam bumi. Tindakan ini membuat Gaia, ibu mereka, sangat marah.
Untuk membalas dendam, Gaia meminta bantuan anak-anaknya yang lain, yaitu para Titan. Ia menciptakan sebuah sabit yang sangat tajam dari logam adamantine dan memberikannya kepada putra bungsunya, Cronus.
Ketika Uranus mendekati Gaia, empat Titan (Hyperion, Crius, Coeus, dan Iapetus) menahan Uranus, sementara Cronus menggunakan sabit itu untuk mengebirinya.
Setelah dikalahkan dan dipermalukan, Uranus melarikan diri, dan kekuasaannya sebagai penguasa langit berakhir. Cronus kemudian menjadi pemimpin baru para Titan.
Iapetus mendukung Cronus sepenuhnya selama masa pemerintahannya dalam Zaman Keemasan. Hal ini cukup menarik, mengingat Cronus adalah anak bungsu di antara para Titan, tetapi saudara-saudaranya yang lebih tua tidak pernah menantang haknya untuk menjadi pemimpin.
Tradisi ini ternyata berlanjut di generasi berikutnya, karena Zeus, yang juga anak bungsu dari enam anak Cronus dan Rhea, akhirnya menjadi pemimpin para dewa Olympian.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR