Nationalgeographic.co.id—Sebuah studi baru mengungkap bahwa kerbau betina tenyata suka "nongkrong" atau bergaul dengan teman-temannya. Setidaknya itulah kesimpulan dari sebuah penelitian terhadap kerbau liar yang menunjukkan bahwa mereka juga bisa bertahan hidup dengan sedikit bantuan dari teman-temannya.
Kebanyakan orang tidak mengaitkan Hong Kong dengan hewan liar, apalagi yang sebesar kerbau. Namun, Hong Kong punya lebih dari sekadar Kowloon yang padat penduduk.
Secara khusus, Pulau Lantau, yang masih dihuni oleh 100.000 orang Hong Kong, berhasil menutupi lebih dari setengahnya dengan taman nasional.
Kerbau bukan hewan asli daerah Lantau. Namun kerbau-kerbau telah cukup banyak hadir dan menjadi lambang pulau tersebut.
Kerbau liar hidup secara alami di pulau itu sehingga tiga ilmuwan di City University of Hong Kon dapat mempelajari perilaku mereka.
Para peneliti mengukur berapa banyak waktu yang dihabiskan 30 kerbau betina berdekatan untuk melihat apakah ini terjadi secara acak dari waktu ke waktu, atau apakah para kerbau lebih suka ditemani oleh kerbau tertentu.
Tim peneliti juga mengamati interaksi para kerbau secara kualitatif. Misalnya, saling menggantikan dari tempat favorit untuk berkubang.
Dari data ini, mereka membuat prediksi tentang seberapa sering kerbau tertentu akan berinteraksi, dan menemukan bahwa prediksi tersebut terbukti.
Selain menetapkan bahwa kerbau betina tahu siapa yang mereka sukai, tim mengamati perbedaan dalam perilaku individu dan menilai kepribadian mereka.
Mereka menemukan bahwa kemiripan dalam kepribadian merupakan prediktor yang lebih baik tentang dengan siapa kerbau akan berteman daripada memiliki hubungan dekat secara genetik atau usia yang sama.
Baca Juga: Banyak Spesies Indonesia Terancam Punah: Bagaimana Cara Kita Menyelamatkannya?
“Penelitian kami memberikan bukti bahwa persahabatan di antara kerbau dapat terbentuk di antara individu dengan perilaku yang sama. Temuan ini menawarkan wawasan berharga tentang evolusi persahabatan," kata penulis studi Debottam Bhattacharjee seperti dilansir IFLScience.
Tidak seperti yang ditemukan Bhattacharjee pada kera Jepang, kerbau tidak lebih cenderung berteman dengan kerbau lain yang berada dalam posisi yang sama pada hierarki dominasi.
Temuan ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di antara kerbau ternak, yang menunjukkan bahwa kerbau adalah hewan yang sangat sosial. Meskipun ini terkadang terwujud dalam pembentukan dominasi dan urutan kekuasaan, hal ini juga dapat terlihat dalam perilaku yang lebih kooperatif.
Namun, setelah disesatkan oleh penelitian tentang serigala dan tikus, ahli perilaku hewan berhati-hati untuk tidak terlalu banyak membaca tentang bagaimana suatu spesies bertindak dalam keadaan yang tidak alami.
Meskipun liar, kerbau telah menjadi penghuni yang berharga di Lantau dan penduduk sangat ingin merawatnya.
"Memahami perilaku sosial dan persahabatan hewan yang hidup berkelompok seperti kerbau meningkatkan kesejahteraan dengan implikasi yang lebih luas untuk menjaga kesehatan optimal mereka yang berada dalam populasi yang lebih luas," kata Profesor Kate Flay yang juga menjadi penulis studi ini.
Selain itu, pemahaman tentang persahabatan pada hewan lain juga dapat mengajarkan kita sesuatu tentang persahabatan kita sendiri, khususnya sejarah evolusi mereka.
"Mirip dengan manusia, persahabatan hewan dapat bersifat stabil dan langgeng," catat para penulis studi yang telah terbit di jurnal iScience pada 5 Desember 2024.
Sebuah studi tentang kanguru abu-abu betina, misalnya, menemukan bahwa mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk makan dan lebih sedikit mengawasi predator dan lebih bersedia untuk menyelidiki fenomena yang tidak dikenal ketika dekat dengan teman-temannya ketimbang anggota kawanan yang acak.
Source | : | iflscience,IScience |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR