"Namun, popularitas Ratu Victoria membuat segalanya berubah. Ketika sang ratu mulai menghias pohon cemara dengan hadiah yang digantung di dahan-dahannya untuk menghormati tradisi suaminya, rakyat Inggris pun segera mengikutinya," jelasnya.
Di seberang Samudra Atlantik, pohon Natal awalnya kurang populer di Amerika, meskipun pemukim Belanda dan Jerman sudah lama mempraktikkannya.
Orang Amerika tidak begitu terpengaruh oleh Ratu Victoria, tetapi para pemimpin sipil, seniman, dan penulis mulai mempromosikan citra keluarga kelas menengah yang bahagia, berkumpul di sekitar pohon Natal sambil bertukar hadiah.
"Ini dimaksudkan untuk menggantikan tradisi Natal yang dianggap terlalu liar seperti wassailing, perayaan berpesta dari rumah ke rumah sambil menyanyi dan minum."
Gambaran keluarga yang harmonis ini diperkuat oleh puisi klasik "Twas the Night Before Christmas" karya Clement Moore yang ditulis pada tahun 1822.
Puisi ini tidak hanya mengabadikan suasana Natal yang hangat, tetapi juga membantu membentuk citra modern Sinterklas seperti yang kita kenal sekarang.
Butuh waktu beberapa dekade sebelum pohon Natal menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Amerika. Presiden Franklin Pierce memasang pohon Natal pertama di Gedung Putih pada pertengahan 1850-an.
Kemudian, pada tahun 1923, Presiden Calvin Coolidge memulai tradisi Upacara Penyalaan Pohon Natal Nasional di halaman Gedung Putih, sebuah ritual yang masih berlangsung hingga kini.
Meskipun tidak semua budaya Kristen menghiasi rumah mereka dengan pohon cemara, pengaruh Barat dan meningkatnya konsumerisme membuat pohon Natal menjadi simbol global. Bahkan di negara-negara non-Kristen seperti Jepang, pohon Natal telah menjadi bagian dari perayaan akhir tahun.
Sayangnya, popularitas yang luar biasa ini juga menimbulkan dampak lingkungan yang serius. Di Amerika Serikat saja, sekitar 35 juta pohon Natal alami terjual setiap tahun, diikuti oleh 10 juta pohon buatan yang ternyata memiliki jejak karbon lebih besar.
Industri ini bernilai dua miliar dolar, dengan sekitar 300 juta pohon Natal ditanam di seluruh dunia untuk memenuhi permintaan. Sayangnya, ketika pasokan dari peternakan tidak mencukupi, banyak pohon cemara ditebang langsung dari hutan, mengancam ekosistem alami.
Untuk itu, banyak orang kini mulai mencari alternatif pohon Natal yang lebih kreatif dan ramah lingkungan demi merayakan Natal dengan hati yang lebih sadar akan kelestarian bumi.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR