Ilmuwan juga bisa mendapatkan gambaran terperinci tentang pergerakan vertikal di seluruh permukaan tanah dengan teknik khusus. Teknik itu disebut Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR). InSAR menggunakan pantulan sinyal radar untuk menghitung pergerakan ke bawah dari waktu ke waktu.
NASA dan Badan Antariksa Eropa menyediakan data InSAR secara terbuka, yang menguntungkan negara-negara berkembang seperti Filipina. “Hal ini hanya masalah menggunakan data yang tersedia untuk semua orang,” kata Lagmay.
“Anda dapat menggunakannya sebagai alat pemantauan untuk mengidentifikasi tempat-tempat di kota metropolitan yang mengalami penurunan tanah. Serta memfokuskan perhatian Anda pada tempat-tempat tersebut.”
Dalam makalah tahun 2022, Wei dan timnya menggabungkan data GNSS dan InSAR. Tujuannya untuk mempelajari penurunan tanah di kota-kota pesisir secara global. Makalah itu bertajuk Subsidence in Coastal Cities Throughout the World Observed by InSAR. Hasilnya, dari 99 kota yang mereka amati, tepat sepertiganya mengalami penurunan tanah. Dan di beberapa bagian, setidaknya lima kali lebih cepat daripada kenaikan permukaan laut.
Banyak kota dengan tingkat penurunan tanah yang tinggi berada di Asia. Seperti Mumbai yang berpenduduk padat di India serta Chittagong di Bangladesh (keduanya 2 sentimeter per tahun). Dan juga Karachi di Pakistan (1 sentimeter per tahun).
Data satelit menunjukkan sekitar 67 juta orang di Tiongkok tinggal di perkotaan yang mengalami penurunan tanah lebih cepat dari 1 sentimeter per tahun. Data itu diungkap dalam studi yang bertajuk A Third of China’s Urban Population at Risk of City Sinking, New Satellite Data Shows.
Bahkan kota-kota terkaya dan ternama di dunia pun tidak kebal terhadap penurunan tanah yang besar. Upaya Venesia untuk menghentikan hilangnya piazza dan arsitektur gotiknya di bawah Laut Adriatik telah dipublikasikan.
Namun, mungkin lebih sedikit yang menyadari bahwa New York terletak sedikit di atas permukaan laut. Kota itu juga mengalami penurunan tanah, meskipun hanya 0,1 hingga 0,2 sentimeter setiap tahun.
Apa penyebabnya penurunan permukaan tanah di kota-kota besar?
Dalam kasus New York, penurunan permukaan tanah sebagian merupakan konsekuensi dari pemulihan pasca-glasial. Proses alami ini menyebabkan tanah di bawah gletser yang mencair terangkat saat muncul dari bawah beban es. Sementara itu, daerah di dekatnya secara bersamaan mengalami penurunan.
Sekitar 20.000 tahun yang lalu, New York berada di dekat tepi gletser. Ketika gletser menghilang, wilayah tempat gletser itu dulu berada mulai terangkat. Sementara tepinya tenggelam.
Mengenai Metro Manila, proses alami lainnya mungkin sedang terjadi. Sebuah gunung berapi aktif sedang mendidih hanya 50 km jauhnya. Dan garis patahan gempa bumi membentang dari utara ke selatan melalui area tersebut. Lagmay mengakui bahwa retakan dan penurunan dapat terlihat pada bangunan di sepanjang garis patahan. Tapi ia percaya bahwa tenggelamnya gletser lebih erat kaitannya dengan aktivitas manusia.
Source | : | Science Focus |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR