Nationalgeographic.co.id—Setiap pergantian tahun, kita seakan diajak dalam sebuah ritual: merenungkan perubahan yang ingin kita raih. Impian-impian baru pun muncul, membuncah dengan semangat yang membara.
Ingatan akan resolusi tahun sebelumnya, yang mungkin tak terwujud, seakan terlupakan seketika. Kita kembali melangkah penuh keyakinan, bagai seorang penjelajah yang tengah memulai petualangan baru.
Namun, di balik semangat membara ini, tersimpan sebuah realita yang seringkali kita lupakan. Mindy Hernandez, seorang ilmuwan perilaku terapan, telah mengungkap rahasia yang mungkin mengejutkan kita.
"Kegagalan dalam mencapai resolusi, ternyata tidak selalu menjadi kesalahan kita sepenuhnya," jelasnya di laman World Resources Institute.
Kita hidup dalam sebuah sistem yang kompleks, di mana banyak faktor di luar kendali kita turut berperan. Kegagalan memang bisa terjadi karena kemalasan atau kurangnya usaha. Akan tetapi, seringkali kita terlalu keras pada diri sendiri.
Padahal, tidak seharusnya kita menyalahkan diri atas kegagalan, karena bisa jadi sebenarnya merupakan hasil dari sebuah sistem yang mungkin saja tidak mendukung.
Mengapa resolusi tahun baru seringkali kandas?
Untuk menjawabnya, psikolog sosial Kurt Lewin memberikan kita sebuah petunjuk yang sangat berharga melalui persamaannya yang sederhana namun mendalam: B = f(P,E).
Persamaan ini mengungkapkan bahwa perilaku kita (B) adalah hasil interaksi antara faktor internal (P) seperti motivasi, kepribadian, dan kebiasaan kita, serta faktor eksternal (E) seperti lingkungan sosial, budaya, dan sistem yang lebih luas.
Dengan kata lain, meskipun niat kita sangat kuat, lingkungan di sekitar kita memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan kita untuk mencapai tujuan.
Mari kita ambil contoh kasus Hernandez yang ingin beralih ke transportasi yang lebih ramah lingkungan dengan membeli sepeda listrik.
Baca Juga: Menyelami Wilayah Dalam Galaksi Jauh yang Sulit Dipahami dan Berdebu
"Saya sering menggunakannya, dan saya menyukainya. Namun, saya tidak menggunakannya sebanyak yang saya inginkan karena hanya ada sedikit jalur khusus sepeda di lingkungan saya," kenangnya.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya infrastruktur pendukung seperti jalur sepeda yang aman dan nyaman. Dalam hal ini, niat baik Hernandez (faktor P) berbenturan dengan lingkungan yang tidak mendukung (faktor E). Akibatnya, ia lebih memilih untuk menggunakan mobil demi keamanan.
Lantas, apakah kita harus menyerah pada resolusi tahun baru kita karena merasa bahwa perubahan individu tidak akan pernah berhasil tanpa adanya perubahan sistemik? Tentu saja tidak! Meskipun lingkungan kita memiliki pengaruh yang besar, pilihan-pilihan yang kita buat setiap hari tetap memiliki kekuatan yang signifikan.
Pilihan individu kita adalah benih perubahan yang dapat menumbuhkan perubahan yang lebih besar. Namun, seperti halnya benih yang membutuhkan tanah yang subur dan perawatan yang tepat agar dapat tumbuh dengan baik, resolusi kita juga membutuhkan lingkungan yang mendukung.
Oleh karena itu, menurut Hernandez, kita perlu bekerja pada kedua dimensi:
* Merancang lingkungan mikro kita
Kita dapat mulai dengan membuat perubahan-perubahan kecil dalam kehidupan sehari-hari kita yang mendukung resolusi kita. Misalnya, jika kita ingin hidup lebih sehat, kita dapat mulai dengan menyiapkan makanan sehat di rumah, berolahraga secara teratur, dan menghindari godaan untuk mengonsumsi makanan yang tidak sehat.
* Mengadvokasi perubahan sistemik
Selain itu, kita juga perlu terlibat dalam upaya-upaya untuk menciptakan perubahan yang lebih besar dalam masyarakat. Kita dapat bergabung dengan komunitas atau organisasi yang memiliki visi yang sama, mendukung kebijakan publik yang mendukung gaya hidup sehat, atau bahkan memulai inisiatif sendiri untuk mendorong perubahan.
Membuat resolusi yang berkelanjutan
Kemungkinan untuk menjalani gaya hidup yang lebih sehat bagi diri sendiri dan planet ini begitu luas. Salah satu kunci utama dalam mencapai tujuan ini adalah kemampuan kita dalam membuat pilihan yang bijaksana.
Baca Juga: Resolusi Tahun Baru, Tradisi yang Sudah Ada Sejak Zaman Romawi Kuno
Seperti ilustrasi dua paus biru dalam suatu kartun, ambisi kita untuk berubah seringkali terlalu besar untuk diwujudkan. Keinginan untuk menurunkan berat badan 38.000 pound, misalnya, jelas tidak realistis dan malah bisa membuat kita menyerah sebelum memulai.
Faktanya, perubahan kecil, konsisten, dan tepat sasaran jauh lebih efektif daripada perubahan besar yang tiba-tiba. Bayangkan saja, alih-alih mengincar tujuan sebesar paus, kita mulai dengan langkah sekecil ikan mas. Perubahan yang lebih kecil ini tidak hanya lebih mudah dicapai, tetapi juga lebih berkelanjutan dalam jangka panjang.
Saat berbicara tentang perubahan gaya hidup yang ramah lingkungan, banyak pilihan yang bisa kita ambil. Namun, tidak semua tindakan memiliki dampak yang sama.
Penelitian yang dilakukan Hernandez dan rekan-rekannya, yang akan segera diterbitkan, menunjukkan bahwa beberapa perilaku pro-iklim jauh lebih efektif dalam mengurangi emisi karbon dibandingkan yang lainnya.
Salah satu cara paling sederhana dan efektif untuk mengurangi jejak karbon adalah dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang berbahan bakar fosil. Beralih ke transportasi umum, bersepeda, atau berjalan kaki tidak hanya mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga meningkatkan kesehatan kita.
Selain itu, mengubah pola makan menjadi lebih nabati juga memberikan kontribusi signifikan dalam memerangi perubahan iklim. Produksi daging, terutama daging sapi, membutuhkan lahan yang sangat luas dan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan produksi kacang-kacangan atau sumber protein nabati lainnya.
Menurut data yang Hernandez miliki, produksi daging sapi membutuhkan lahan 20 kali lebih banyak dan menghasilkan 20 kali lebih banyak gas rumah kaca per gram protein dibandingkan dengan kacang-kacangan.
Terakhir, mengurangi pemborosan makanan juga merupakan langkah penting. Makanan yang terbuang di tempat pembuangan sampah akan menghasilkan gas metana, salah satu gas rumah kaca paling kuat.
"Selain itu, mengurangi pemborosan makanan dapat mengurangi emisi metana yang menghangatkan planet sekaligus menghemat uang rumah tangga," tambah Hernandez.
Panduan praktis dengan kerangka EAST
Salah satu panduan praktis untuk bisa mewujudkan resolusi adalah dengan memanfaatkan kerangka kerja kerangka kerja EAST, yaitu singkatan dari Easy, Attractive, Social, dan Timely. Masing-masing elemen ini berperan penting dalam membuat perubahan perilaku menjadi lebih mudah dan berkelanjutan.
Baca Juga: Mumi Kucing Dipindai, Ungkap Kehidupan Miris Hewan di Masa Mesir Kuno
Hernandez mengambil contoh penerapan metode ini dalam upaya untuk lebih sering menggunakan transportasi umum.
* Mudahkan (Easy)
Salah satu hal yang paling menghambat seseorang untuk menggunakan transportasi umum adalah ketidaknyamanan. Untuk mengatasi hal ini, kita bisa mulai dengan menyederhanakan proses perjalanan. Misalnya, dengan mengatur ulang kartu tarif secara otomatis, menyimpan rute favorit, dan memanfaatkan notifikasi pintar yang mengingatkan kita untuk berangkat.
* Menarik (Attractive)
Agar kita tetap termotivasi untuk menggunakan transportasi umum, kita perlu membuat pengalaman perjalanan menjadi menyenangkan. Membawa serta podcast favorit atau berinvestasi pada headphone berkualitas tinggi dapat mengubah perjalanan yang membosankan menjadi waktu yang produktif atau bahkan menghibur.
* Sosial (Social)
Melihat orang lain melakukan hal yang sama dapat memberikan dorongan semangat bagi kita untuk terus berkomitmen pada pilihan gaya hidup yang lebih sehat. Dengan mengajak teman atau keluarga untuk menggunakan transportasi umum bersama, kita tidak hanya mengurangi kemacetan lalu lintas, tetapi juga menciptakan ikatan sosial yang lebih kuat.
* Tepat Waktu (Timely)
Manfaat dari perubahan perilaku akan terasa lebih nyata jika kita dapat merasakannya secara langsung. Misalnya, dengan memilih kedai kopi favorit yang terletak dekat dengan halte atau stasiun, kita bisa menikmati secangkir kopi hangat sambil menunggu kendaraan.
Membangun planet yang lebih sehat
Dengan bekal pengetahuan mendalam tentang perilaku manusia dan dilengkapi dengan kerangka kerja EAST, Hernandez merancang sebuah skenario ideal untuk mendorong perilaku yang lebih ramah lingkungan: beralih ke transportasi listrik dan membudayakan kebiasaan bersepeda bersama putrinya.
Namun, ironisnya, meskipun telah menciptakan kondisi yang sangat mendukung, Hernandez masih kerap tergoda untuk menggunakan mobil listriknya.
Pengalaman Hernandez ini menggarisbawahi sebuah kenyataan mendasar: perubahan perilaku individu, sekecil apapun, sangat penting. Namun, perubahan individual semata tidaklah cukup. Untuk menciptakan dampak yang signifikan dan berkelanjutan, kita membutuhkan perubahan sistemik yang lebih besar.
Dalam konteks ini, Hernandez menyadari bahwa ia tidak bisa berbuat banyak mengubah infrastruktur kota tanpa dukungan dari pemerintah. Ia membutuhkan kebijakan yang lebih baik, seperti pembangunan jalur sepeda yang aman dan nyaman.
Persoalan ini mengilustrasikan dengan jelas bagaimana tindakan individu dan perubahan sistemik saling terkait dan saling mempengaruhi. Pilihan-pilihan yang kita buat dalam kehidupan sehari-hari, seperti memilih untuk menggunakan transportasi umum atau mengurangi konsumsi energi, mengirimkan sinyal kuat kepada para pembuat kebijakan dan perusahaan.
Ketika permintaan akan produk dan layanan yang berkelanjutan meningkat, pasar akan merespons dengan menawarkan lebih banyak pilihan yang ramah lingkungan.
"Mungkin tahun ini kita dapat mendefinisikan ulang resolusi kita melalui persamaan elegan Lewin dan melihat bahwa perubahan pribadi dan kelangsungan hidup planet ini memiliki rumus kemenangan yang sama: di mana B = f(P,E) berjumlah membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat C, dan menyelaraskan kemauan individu dengan dukungan sistemik mungkin saja menyelamatkan planet ini," pungkas Hernandez.
KOMENTAR