Hilangnya keanekaragaman hayati
Dampak lingkungan utama yang terkait dengan perkebunan kelapa sawit skala besar adalah hilangnya keanekaragaman hayati secara langsung terkait dengan hilangnya hutan alam. Struktur habitat yang berkurang sebagai akibat dari perluasan kelapa sawit menyediakan lebih sedikit relung bagi flora dan fauna.
Spesies yang terancam punah seperti harimau, gajah, dan orangutan berada di ambang kepunahan. Ketika lahan baru ditebang dari hutan, ada peningkatan akses ke lahan yang mengarah pada peningkatan tekanan perburuan serta tempat tinggal oleh manusia yang mengakibatkan peningkatan konflik antara manusia dan hewan-hewan ini.
"Contohnya adalah dataran banjir Sungai Kinabatangan di Sabah, Malaysia dan di provinsi Riau dan Bengkulu di Indonesia," papar mereka.
Populasi dan kelangsungan hidup spesies ini sangat terancam karena degradasi hutan dan penggundulan hutan, penebangan liar, perburuan dan perdagangan ilegal, kebakaran hutan, pertanian subsisten dan pembangunan perkebunan pertanian terutama perkebunan kelapa sawit, karet dan akasia.
Keanekaragaman spesies, kepadatan dan biomassa komunitas invertebrata diperkirakan mengalami penurunan setidaknya 45% dari transformasi penggunaan lahan hutan tropis menjadi perkebunan kelapa sawit.
Deforestasi dan emisi gas rumah kaca
Sebuah penilaian deforestasi dan degradasi hutan dari tahun 1982 hingga 2007 menunjukkan hilangnya tutupan hutan sebesar 65% selama periode 25 tahun terakhir atau hilangnya sekitar 4,2 juta ha hutan.
Sementara pembangunan perkebunan kayu berkontribusi hingga 24%, budidaya kelapa sawit berkontribusi sekitar 29% hilangnya hutan setelah eksploitasi awal sumber kayu.
Deforestasi memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap hilangnya keanekaragaman hayati, perubahan iklim dan pola dan distribusi curah hujan karena perubahan retensi presipitasi dan tingkat curah hujan. Estimasi proporsi deforestasi terhadap perluasan budidaya kelapa sawit di Indonesia berkisar antara 11–16%.
Selain pemanasan global yang awalnya difokuskan pada pembakaran bahan bakar fosil untuk panas dan transportasi dan pelepasan CO2 berikutnya, aktivitas antropogenik lainnya juga telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pelepasan CO2 dan bahwa konversi hutan tropis padat Karbon kemungkinan menjadi bagian penting dari ini.
Baca Juga: Benarkah Kelapa Sawit Bisa Gantikan Fungsi Pohon yang Ditebang di Hutan?
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR