Nationalgeographic.grid.id—Pada tanggal 15 Januari lalu, sebuah tonggak sejarah baru terukir dalam upaya pelestarian lingkungan di Indonesia.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan, secara resmi menyelesaikan transfer utang sebesar AS$35 juta (setara Rp573 miliar) dari Pemerintah Amerika Serikat.
Dana signifikan ini dialokasikan khusus untuk mendukung kegiatan konservasi dan perlindungan terumbu karang di wilayah Indonesia.
Proses transfer dana yang telah berlangsung selama beberapa tahun ini akhirnya mencapai titik kulminasi pada Juli 2024.
Kesepakatan yang dicapai antara kedua negara menjadi bukti komitmen kuat dalam menjaga kelestarian ekosistem laut, khususnya terumbu karang yang memiliki peran krusial bagi keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem laut.
Dana tersebut akan difokuskan pada dua wilayah prioritas, yaitu Seascape Kepala Burung dan Laut Banda.
"Kedua wilayah ini dipilih karena termasuk dalam Segitiga Terumbu Karang dunia. Ini adalah area dengan nilai keanekaragaman hayati yang tinggi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hampir 75 persen spesies terumbu karang dunia berada di kawasan Segitiga Terumbu Karang ini," ungkapnya, seperti dilansir Antara.
Untuk memastikan efektivitas pelaksanaan program konservasi, pemerintah Indonesia menjalin kerja sama dengan dua organisasi konservasi nirlaba internasional yang memiliki reputasi mumpuni, yaitu The Nature Conservancy (TNC) dan Conservancy International (CI).
Kedua organisasi ini telah memiliki pengalaman panjang dalam menjalankan program konservasi di berbagai belahan dunia.
Di tingkat nasional, TNC dan CI bekerja sama dengan mitra lokal, yakni Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia. Kemitraan ini diharapkan dapat memperkuat kapasitas lokal dalam mengelola dan melaksanakan program konservasi secara berkelanjutan.
Dalam pelaksanaan program konservasi ini, TNC telah mengidentifikasi empat sektor prioritas yang akan menjadi fokus utama.
Baca Juga: Kearifan Lokal Papua: Peraturan Adat Byak Karon untuk Konservasi Laut
Pertama, program ini akan memprioritaskan perlindungan terumbu karang dan ekosistem laut pesisir lainnya yang saling terkait, seperti lamun, mangrove, dan ekosistem dasar laut berpasir.
Ekosistem-ekosistem ini memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan dan kelangsungan hidup terumbu karang.
Kedua, program ini akan fokus pada pengembangan dan pengelolaan kawasan konservasi laut yang efektif.
Ketiga, program ini akan berupaya meningkatkan konektivitas habitat laut dan mengidentifikasi lokasi-lokasi potensial untuk pengembangan kawasan konservasi baru di masa depan.
Dan keempat, program ini akan memberikan perhatian khusus pada perlindungan spesies laut yang terancam punah, terancam, dan dilindungi.
Herlina Hartanto, Direktur Eksekutif YKAN, menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program konservasi ini.
"Masyarakat akan menjadi aktor utama untuk mengimplementasikan program ini. Hal ini penting untuk mewujudkan keberlanjutan dalam melindungi ekosistem terumbu karang," ujarnya.
Dengan demikian, masyarakat tidak hanya menjadi objek dari program konservasi, tetapi juga menjadi aktor utama yang berperan aktif dalam menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang.
Untuk memastikan penggunaan dana yang transparan dan akuntabel, dana tersebut akan dikelola melalui mekanisme rekening dana perwalian.
Komite Pengawas yang diketuai oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta melibatkan Kementerian Keuangan dan beberapa organisasi nirlaba lainnya, akan bertanggung jawab dalam mengawasi penggunaan dana tersebut.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR