Nationalgeographic.grid.id—Human Metapneumovirus atau virus HMPV menjadi perhatian baru-baru ini. Peningkatan kasus infeksi virus HMPV di beberapa negara telah memicu perbincangan dan kewaspadaan global.
Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Kedokteran Praklinis dan Klinis BRIN, Telly Purnamasari Agus, menyampaikan bahwa virus HMPV termasuk dalam jenis safe limited disease atau penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya.
Telly juga menyebutkan bahwa tingkat kematian HMPV lebih rendah dibandingkan dengan Covid-19. Hal itu ia sampaikan dalam acara Media Lounge Discussion (MELODI) yang diadakan di Gedung BJ Habibie, Jakarta, pada pertengahan Januari ini.
"Sebenarnya ini (HMPV) termasuk safe limited disease atau penyakit yang bisa sembuh sendiri tergantung pada daya tahan tubuh kita," jelas Telly seperti dikutip dari laman BRIN.
"Kalau COVID datangnya sangat akut mendadak dengan gejala-gejala yang lebih berat. Nah ini juga yang menjadi salah satu pembeda, tingkat morbiditasnya. Jadi tingkat kematian HMPV ini lebih rendah dibandingkan COVID."
Namun demikian, Telly tetap meminta masyarakat waspada. Hal itu bisa dilakukan dengan melihat perbedaan gejala antara virus Human Metapneumovirus (HMPV), influenza, dan COVID-19. Ia juga memberikan berbagai tips untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut.
Telly menjelaskan bahwa HMPV biasanya menunjukkan gejala ringan, seperti demam ringan (di bawah 40 derajat Celsius), batuk, dan pilek. Menurutnya, gejala HMPV berkembang secara bertahap, dimulai dari infeksi ringan yang bisa menjadi berat jika terlambat diobati atau daya tahan tubuh lemah.
Meskipun HMPV sering menyebabkan gejala ringan seperti flu biasa, Telly mengingatkan bahwa penyakit ini bisa menjadi serius jika tidak ditangani. Ia menambahkan bahwa kondisi ini dapat berujung fatal, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan penderita penyakit kronis.
“Gejala awalnya seperti batuk, pilek, dan sakit tenggorokan. Namun, jika infeksi menyebar ke saluran pernapasan bawah, seperti bronkus atau paru-paru, itu bisa menyebabkan pneumonia atau bronkiolitis,” jelasnya.
Sementara itu, gejala influenza cenderung muncul tiba-tiba dengan demam tinggi dan nyeri otot. "Influenza sering kali membuat tubuh terasa sangat lelah, dan demam tinggi datang mendadak saat daya tahan tubuh menurun," paparnya.
Berbeda dengan HMPV dan influenza, COVID-19 memiliki gejala khas, seperti anosmia atau hilangnya kemampuan penciuman. "Gejala ini tidak ditemukan pada HMPV maupun influenza, sehingga dapat menjadi indikator awal COVID-19," jelas Telly.
Baca Juga: Sudah Ada sejak 2001, Mengapa Virus HMPV Kini Perlu Dipantau di Tingkat Sekolah?
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR