Dewi Kumoratih dari Yayasan Negeri Rempah menyampaikan bahwa kerja sama ini memberikan nilai positif yang sangat besar.
“Negeri Rempah yang diinisiasi oleh berbagai komunitas dan disiplin ilmu, dengan adanya kerja sama ini, semakin memperkaya apa yang telah kami kumpulkan. Kami berharap dapat belajar banyak dari teman-teman di BRIN, yang penelitian dan pengembangannya pasti akan berkembang lebih luas lagi," ujar Dewi.
"Ini adalah tantangan bagi Indonesia, terutama karena rempah memiliki potensi luar biasa untuk mengubah wajah peradaban dunia,” tambahnya.
Dewi yakin kerja sama ini akan saling memperkaya pengetahuan, dan berharap akan memperkuat argumentasi Indonesia di dunia internasional. “Ini adalah bagian dari kekayaan riset kita yang memberikan kontribusi besar bagi dunia,” tegas Dewi.
YNR hadir sebagai organisasi yang berkomitmen untuk mengangkat keberagaman Indonesia melalui rempah.
Sejak 2019, YNR telah menyelenggarakan International Forum on Spice Route (IFSR) yang membahas tantangan sektor rempah serta menciptakan peluang baru bagi seluruh pelaku di rantai pasok rempah.
YNR memiliki misi untuk memperkuat posisi Indonesia di pasar rempah global, memperkenalkan inovasi, dan memberdayakan generasi muda yang tertarik pada industri rempah.
Rempah merupakan bagian dari budaya
Rempah-rempah telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Sebagai salah satu penghasil rempah terbesar di dunia, Indonesia dikenal dengan komoditas seperti kayu manis, cengkeh, pala, lada, dan vanili.
Potensi rempah Indonesia sangat besar, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Hal ini menjadikan rempah sebagai komoditas ekspor yang sangat bernilai.
Selain kaya akan keanekaragaman rempah, Indonesia juga memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan perdagangan rempah.
Keunikan rasa dan aroma rempah-rempah Indonesia yang eksotik telah menarik perhatian bangsa asing sejak berabad-abad lalu. Sejarah ini membuktikan betapa berharganya rempah-rempah Indonesia di mata dunia.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR