Pada masa itu, Indonesia juga kehilangan kepercayaan investor asing. Meski saat itu, Indonesia cukup terbuka bagi investor asing yang ingin menanamkan modalnya di perusahaan dalam negeri.
Pemerintah Indonesia telah berusaha untuk mencocokkan nilai tukar rupiah dengan harga pasar. Bukannya membaik, nilai tukar rupiah justru mencapai angka yang mengejutkan.
Akibatnya, investor asing tidak lagi percaya bahwa uang yang diinvestasikan dalam melakukan bisnis di Indonesia akan memberikan hasil yang baik.
Mereka juga meninggalkan Indonesia dalam jumlah besar dan gagal menerima infus dari luar negeri, sehingga banyak bisnis yang gulung tikar.
Semua itu kemudian bermuara menjadi protes besar-besaran yang terjadi hampir di seluruh Indonesia termasuk mahasiswa.
Protes terus berlanjut di seluruh Indonesia. Mereka menuntut agar Orde Baru dicabut dari kekuasaan karena dianggap gagal meningkatkan perekonomian Indonesia.
Namun, aksi protes tiba-tiba berubah menjadi pertumpahan darah, menewaskan empat orang mahasiswa Trisakti. Insiden mengerikan itu juga memicu kemarahan publik dan protes berlanjut hingga sore hari.
Hingga kemudian mahasiswa menduduki gedung MPR/DPR. Akibatnya, Presiden Suharto mengundurkan diri, lalu digantikan oleh B.J. Habibie pada 21 Mei 1998.
Strategi BJ Habibie
Saat menjabat sebagai Presiden RI, BJ Habibie ketika itu menghadapi kondisi nilai tukar rupiah yang berada dalam titik terendahnya, yaitu Rp16.800.
Namun dengan berbagai langkah tepat dan terukur, rupiah bisa merangkak naik hingga Rp6.500 per dolar AS.
Source | : | Kompas,Gramedia.com |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR