"Kita mulai dengan air laut, lalu kita tambahkan krill dan melakukan pengukuran [berapa banyak cahaya yang diserap air]," jelasnya. "Kemudian kita menambahkan krill lagi dan melakukan pengukuran lain."
Melalui analisis yang cermat terhadap perubahan warna lautan akibat kepadatan krill yang berbeda-beda, para peneliti berharap dapat mengembangkan teknik yang memungkinkan mereka untuk mengambil gambar populasi krill dari satelit. Dengan demikian, pemantauan populasi krill dapat dilakukan dari luar angkasa.
Hewan mungil yang jadi makanan hewan terbesar
Krill merupakan sumber makanan penting bagi beberapa hewan terbesar di Bumi, termasuk paus raksasa yang melakukan migrasi ribuan kilometer ke Antartika untuk mencari makanan.
Hewan-hewan kecil ini juga merupakan bagian penting dari ekosistem laut yang sehat, di mana mereka berperan dalam siklus yang saling menguntungkan. Paus memakan krill, yang kemudian memakan tumbuhan mikroskopis yang hidup di es laut.
Tumbuhan ini menyerap karbon dioksida dari atmosfer saat mereka tumbuh. Ketika paus buang air besar dalam jumlah besar, mereka menyuburkan tumbuhan laut yang membantu mendinginkan planet ini.
Namun, dengan meningkatnya suhu laut akibat pemanasan global, para ilmuwan konservasi khawatir bahwa siklus ini dapat terganggu dan populasi krill menjadi rentan. Hal ini dapat berdampak negatif pada hewan-hewan yang bergantung pada krill sebagai sumber makanan, seperti paus.
Oleh karena itu, diperlukan tindakan segera untuk melindungi populasi krill dan ekosistem laut secara keseluruhan.
Menurut Downie, "Kita perlu segera mengelola perikanan dengan lebih baik dan melindungi habitat krill dalam jaringan kawasan lindung laut.
"[Proyek ini dapat] memberi kita alat baru untuk membantu memantau dan menjaga spesies vital ini."
KOMENTAR