Beberapa intelektual menghidupkan kembali konsep lama tentang hierarki makhluk hidup, yang dikenal sebagai scala naturae (Latin: "skala alam") atau Great Chain of Being (Rantai Keberadaan Besar).
Konsep ini menyatakan bahwa semua makhluk hidup tersusun dalam tingkatan hierarkis, mulai dari organisme paling sederhana, manusia, malaikat, hingga Tuhan.
Para pendukung kolonialisme dan perbudakan mengadaptasi konsep ini untuk membenarkan ketidaksetaraan yang mereka ciptakan, dengan menempatkan orang Eropa di puncak hierarki dan menjadikan perbedaan fisik penduduk asli Amerika serta orang Afrika sub-Sahara sebagai penanda status mereka yang dianggap lebih rendah.
Sementara itu, beberapa ilmuwan mengembangkan klasifikasi rasial mereka sendiri. Naturalist Swedia, Carolus Linnaeus, dalam publikasi antara tahun 1735 hingga 1759, menyusun sistem klasifikasi semua bentuk kehidupan yang dikenal saat itu.
Ia memasukkan manusia ke dalam kelompok primata dan memperkenalkan sistem penamaan ilmiah berdasarkan genus dan spesies.
Untuk spesies manusia, ia menciptakan nama ilmiah Homo sapiens, yang masih digunakan hingga kini. Linnaeus kemudian membagi manusia ke dalam empat subkelompok utama: H. americanus, H. africanus, H. europaeus, dan H. asiaticus.
Selain itu, ia juga memasukkan kategori H. monstrosus (yang mencakup berbagai makhluk fantasi) dan H. ferus ("manusia liar"), yang menunjukkan bahwa beberapa klasifikasinya didasarkan pada mitos dan cerita pelancong, bukan pengamatan ilmiah yang akurat.
Linnaeus juga mengaitkan perbedaan fisik dengan karakteristik budaya dan temperamen, yang menunjukkan pemahamannya yang terbatas tentang hubungan antara ciri fisik dan budaya.
Johann Friedrich Blumenbach, seorang fisiolog dan ahli anatomi perbandingan asal Jerman yang sering disebut sebagai bapak antropologi fisik, membagi umat manusia menjadi lima "varietas".
Ia menekankan bahwa tidak ada garis pemisah yang tegas antara kelompok-kelompok tersebut dan bahwa mereka cenderung berbaur secara bertahap. Lima kategori yang ia tetapkan adalah Amerika, Melayu, Etiopia, Mongolia, dan Kaukasia.
Meskipun Blumenbach sendiri tidak menganggap ras sebagai hierarki yang kaku, klasifikasinya kemudian digunakan untuk mendukung gagasan superioritas rasial.
Istilah-istilah ini tetap digunakan oleh banyak ilmuwan hingga awal abad ke-20, dan dalam beberapa kasus, bahkan bertahan hingga akhir abad tersebut sebagai sistem utama dalam klasifikasi ras manusia.
Source | : | Britannica |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR