Metabolisme yang lebih tinggi berarti membakar oksigen lebih cepat. Sementara itu, penelitian laboratorium menemukan bahwa buaya tidak dapat menahan napas selama itu. Buaya akan membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih di permukaan.
Antara tahun 2008 dan 2023, para peneliti mempelajari 203 buaya muara (juga disebut buaya air asin) di Steve Irwin Wildlife Reserve di Queensland.
Mereka melacak suhu tubuh reptil tersebut menggunakan perangkat akustik yang ditanamkan di bawah kulit.
Perangkat ini mengirimkan sinyal ke penerima di dekatnya dan pelacak tambahan digunakan untuk memantau kapan buaya tersebut menyelam, dan berapa lama.
Jika seekor buaya tidak terdeteksi selama kurun waktu 30 menit hingga 24 jam, lalu terdeteksi lagi dengan suhu tubuh yang lebih tinggi atau lebih rendah, para peneliti berasumsi bahwa buaya tersebut telah mengubah perilakunya untuk mengatur suhu tubuhnya.
Hal itu dilakukan buaya baik dengan berjemur di bawah sinar matahari untuk menaikkan suhunya atau mencari tempat yang sejuk untuk menurunkan suhunya.
Barham mengatakan bahwa buaya akan menghilang selama beberapa jam, lalu kembali dengan suhu 1 atau 2 derajat Celsius lebih dingin.
Selama periode penelitian, para peneliti mencatat hampir 6,5 juta pembacaan suhu dari buaya. Suhu tubuh tertinggi meningkat sebesar 0,55 derajat Celsius.
Dari buaya yang dipantau, 135 menunjukkan suhu tubuh melebihi 32 derajat Celsius setidaknya satu kali, dan satu individu menunjukkan suhu tubuh di atas 32 derajat Celsius selama lebih dari sebulan pada tahun 2021.
Suhu tubuh tertinggi dikaitkan dengan periode El Niño, saat arus Pasifik yang luar biasa hangat menyebabkan musim panas dan kering di daratan. Frekuensi periode ini diyakini meningkat akibat perubahan iklim.
Perilaku mendinginkan diri lebih sering terdeteksi saat suhu lingkungan lebih panas. Menurut data pelacakan, buaya juga menyelam dalam waktu yang lebih singkat saat suhu tinggi.
Baca Juga: Di Balik Sejarah Mesir Kuno, Kucing hingga Buaya Jadi Kultus Pemujaan
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR