Nationalgeographic.co.id—Perubahan iklim berdampak luas pada kehidupan di bumi, dari naiknya temperatur bumi hingga perubahan-perubahan yang terjadi pada alam seperti menurunnya kualitas air, perubaan habitat, dan lainnya.
Buaya pun tak luput dari dampak perubahan iklim yang membuat suhu tubuh buaya meningkat, sehingga memaksa mereka menghabiskan lebih sedikit waktu untuk berburu mangsa dan lebih banyak waktu untuk mendinginkan diri.
Sebuah penelitian ilmiah mengungkap bahwa di Australia, buaya muara ( Crocodylus porosus ) tengah berjuang melawan pemanasan global.
Seperti kebanyakan reptil, buaya bersifat ektotermik (berdarah dingin), yang berarti suhu tubuh mereka ditentukan oleh lingkungan eksternal dan bukan oleh proses internal.
Saat buaya butuh kehangatan, mereka berbaring di bawah sinar matahari. Sebaliknya, saat mereka butuh pendinginan, mereka mungkin berbaring di tempat teduh, bersembunyi di sungai dan kolam yang sejuk, atau berjemur di tepi pantai pada malam hari.
Namun, pemanasan global telah meningkatkan suhu tubuh buaya-buaya ini dan tampaknya juga mengubah perilaku mereka.
Melansir Live Science, sebuah penelitian ilmiah yang diterbitkan pada 12 Februari di jurnal Current Biology melaporkan bahwa selama periode 15 tahun, suhu tubuh rata-rata buaya meningkat dalam jumlah yang kecil namun signifikan.
Lebih lanjut, buaya-buaya itu menghabiskan lebih banyak hari pada batas termal kritis mereka yakni 32 derajat Celsius.
Penelitian sebelumnya pada buaya yang ditangkar menunjukkan bahwa suhu tubuh 32 derajat Celsius atau lebih tinggi. Hal ini menyebabkan kemampuan berenang dan menyelam pada buaya berkurang.
Saat tubuh buaya menjadi terlalu panas, buaya menghabiskan lebih banyak waktu untuk mendinginkan diri dan mengurangi aktivitas mereka.
Kaitlin Barham, seorang kandidat doktor yang mempelajari gerakan dan perilaku buaya di University of Queensland, Australia, mengatakan bahwa buaya yang suhu tubuhnya lebih panas memiliki metabolisme yang lebih tinggi.
Baca Juga: Sobek, Dewa Buaya Mesir Kuno yang Ciptakan Sungai Nil dari Keringatnya
Metabolisme yang lebih tinggi berarti membakar oksigen lebih cepat. Sementara itu, penelitian laboratorium menemukan bahwa buaya tidak dapat menahan napas selama itu. Buaya akan membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih di permukaan.
Antara tahun 2008 dan 2023, para peneliti mempelajari 203 buaya muara (juga disebut buaya air asin) di Steve Irwin Wildlife Reserve di Queensland.
Mereka melacak suhu tubuh reptil tersebut menggunakan perangkat akustik yang ditanamkan di bawah kulit.
Perangkat ini mengirimkan sinyal ke penerima di dekatnya dan pelacak tambahan digunakan untuk memantau kapan buaya tersebut menyelam, dan berapa lama.
Jika seekor buaya tidak terdeteksi selama kurun waktu 30 menit hingga 24 jam, lalu terdeteksi lagi dengan suhu tubuh yang lebih tinggi atau lebih rendah, para peneliti berasumsi bahwa buaya tersebut telah mengubah perilakunya untuk mengatur suhu tubuhnya.
Hal itu dilakukan buaya baik dengan berjemur di bawah sinar matahari untuk menaikkan suhunya atau mencari tempat yang sejuk untuk menurunkan suhunya.
Barham mengatakan bahwa buaya akan menghilang selama beberapa jam, lalu kembali dengan suhu 1 atau 2 derajat Celsius lebih dingin.
Selama periode penelitian, para peneliti mencatat hampir 6,5 juta pembacaan suhu dari buaya. Suhu tubuh tertinggi meningkat sebesar 0,55 derajat Celsius.
Dari buaya yang dipantau, 135 menunjukkan suhu tubuh melebihi 32 derajat Celsius setidaknya satu kali, dan satu individu menunjukkan suhu tubuh di atas 32 derajat Celsius selama lebih dari sebulan pada tahun 2021.
Suhu tubuh tertinggi dikaitkan dengan periode El Niño, saat arus Pasifik yang luar biasa hangat menyebabkan musim panas dan kering di daratan. Frekuensi periode ini diyakini meningkat akibat perubahan iklim.
Perilaku mendinginkan diri lebih sering terdeteksi saat suhu lingkungan lebih panas. Menurut data pelacakan, buaya juga menyelam dalam waktu yang lebih singkat saat suhu tinggi.
Baca Juga: Di Balik Sejarah Mesir Kuno, Kucing hingga Buaya Jadi Kultus Pemujaan
Tidak jelas bagaimana perubahan perilaku buaya ini memengaruhi kelangsungan hidup mereka.
Mereka sudah beradaptasi dengan suhu tinggi, tetapi ada kemungkinan bahwa peningkatan periode cuaca panas dapat mengurangi kemampuan mereka untuk berburu.
Seperti diketahui, buaya adalah predator yang suka bersembunyi dan biasanya menyelam untuk menyergap mangsa di tepi sungai.
Namun, ketika perilaku mereka berubah, setiap menit yang mereka habiskan di tepi sungai untuk mencoba menurunkan suhu tubuh mereka adalah menit yang tidak mereka gunakan untuk bepergian, bereproduksi, atau mencari makanan.
Hal itu dapat mengakibatkan dampak tidak langsung di masa mendatang pada kesehatan mereka.
Baca Juga: Fosil Spesies Baru Reptil Mirip Buaya Raksasa Ditemukan di India
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR