Konsep-konsep ini, yang dianggap sebagai anomali yang berpotensi mengganggu pemahaman kita yang mapan tentang alam semesta, masih relatif jarang dibahas dalam wacana ilmiah populer.
Meskipun Dr. Soon tidak secara spesifik menyebutkan contoh-contoh dari fisika teoretis untuk mendukung klaimnya, sebenarnya terdapat beberapa teori yang mengeksplorasi ide-ide serupa, yang secara tidak langsung dapat memperkuat argumentasinya.
Sebagai contoh, kita dapat merujuk pada karya Hermann Weyl tentang kelengkungan ruang-waktu. Weyl menawarkan pendekatan yang berbeda untuk mengukur struktur ruang dengan mendefinisikan medan gravitasi tanpa harus bergantung pada konsep massa-energi tradisional.
Teori lain yang relevan adalah "Geometrodinamika" yang dikembangkan oleh John Archibald Wheeler. Wheeler berteori bahwa seluruh fenomena fisik di alam semesta dapat dijelaskan melalui geometri ruang-waktu itu sendiri. Teori ini menyiratkan bahwa ruang-waktu yang melengkung mungkin dapat eksis bahkan tanpa keberadaan sumber massa-energi konvensional.
Selain itu, solusi Willem de Sitter terhadap persamaan medan Einstein menggambarkan kemungkinan adanya alam semesta di mana kelengkungan ruang-waktu didorong oleh konstanta kosmologis, bukan oleh materi.
Konsep-konsep fisika teoretis yang kompleks ini, meskipun tidak secara eksplisit disebutkan oleh Dr. Soon dalam wawancaranya, justru memberikan dukungan implisit terhadap argumen yang ia kemukakan.
Argumen tersebut menyatakan bahwa terdapat aspek-aspek tertentu di alam semesta yang mungkin berada di luar jangkauan penjelasan sains konvensional, setidaknya untuk saat ini.
Dr. Soon menyimpulkan pandangannya dengan pernyataan yang cukup reflektif, "Terkadang kita harus menundukkan kepala dan menarik napas dalam-dalam, mungkin beberapa kekuatan yang selalu hadir akan menerangi hidup kita. Tuhan telah memberi kita cahaya. Yang perlu kita lakukan hanyalah mengikutinya."
Selain pandangannya yang cukup radikal tentang hubungan antara Tuhan dan sains, Dr. Soon juga menjadi sorotan media karena sikapnya yang kontroversial terkait isu pengurangan emisi CO2.
Ia secara terbuka menyebut CO2 sebagai "gas kehidupan," dan berargumen bahwa peningkatan kadar gas ini di atmosfer justru bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dan produksi pangan, alih-alih merusak planet bumi.
Pandangan ini tentu saja bertentangan secara diametral dengan konsensus ilmiah arus utama, yang secara luas mendukung gagasan bahwa aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil, adalah pendorong utama perubahan iklim global.
Sebaliknya, Dr. Soon meyakini bahwa variasi alami aktivitas matahari merupakan penyebab utama dari pemanasan global yang terjadi saat ini.
Terlepas dari pandangannya yang berbeda mengenai CO2, teori utama Dr. Soon tetaplah upayanya untuk menjembatani kesenjangan antara dua ranah yang sering dianggap terpisah, yaitu sains dan agama, dan dengan demikian membuka ruang untuk diskusi yang lebih mendalam dan inklusif mengenai topik-topik fundamental yang memengaruhi eksistensi manusia.
KOMENTAR