Nationalgeographic.co.id—Sebuah penemuan berhasil mengungkap bahwa oksigen dapat dihasilkan di kedalaman laut, jauh dari sinar matahari yang selama ini dianggap sebagai sumber utama produksi oksigen melalui proses fotosintesis mengejutkan dunia. Fenomena ini kemudian dikenal sebagai "oksigen gelap".
Selama ini, kita telah mengetahui bahwa oksigen yang kita hirup berasal dari tumbuhan yang melakukan fotosintesis dengan bantuan sinar matahari. Namun, penemuan oksigen gelap ini mengungkapkan bahwa proses pembentukan oksigen di kedalaman laut ini terjadi melalui reaksi kimia yang melibatkan mineral tertentu di dasar laut.
Penemuan ini tidak hanya mengungkap hal baru, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap masa depan ekosistem laut dalam.
Namun, temuan oksigen gelap ini juga menimbulkan perdebatan sengit di antara para peneliti. Mungkinkah batuan logam kental di bagian terdalam dan tergelap di lautan menghasilkan oksigen tanpa adanya sinar matahari?
Beberapa ilmuwan menentang klaim bahwa apa yang disebut "oksigen gelap" diproduksi di jurang dasar laut yang gelap dan tanpa cahaya.
Penemuan oksigen gelap, yang dijelaskan secara rinci bulan Juli tahun lalu di jurnal Nature Geoscience, mempertanyakan asumsi yang sudah lama berlaku tentang asal usul kehidupan di Bumi, dan memicu perdebatan ilmiah yang sengit.
Di sisi lain, temuan oksigen gelap ini juga penting bagi perusahaan pertambangan yang ingin mengekstraksi logam mulia yang terkandung dalam nodul polimetalik ini.
Para peneliti mengatakan bahwa bintil-bintil seukuran kentang dapat menghasilkan arus listrik yang cukup untuk memecah air laut menjadi hidrogen dan oksigen, suatu proses yang dikenal sebagai elektrolisis, melansir Science Alert.
Hal ini menimbulkan keraguan pada pemahaman yang sudah lama ada bahwa kehidupan terjadi ketika organisme mulai menghasilkan oksigen melalui fotosintesis, yang membutuhkan sinar matahari, sekitar 2,7 miliar tahun yang lalu.
Asosiasi Ilmu Kelautan Skotlandia mengatakan bahwa penemuan laut dalam tersebut mempertanyakan asal usul kehidupan.
Para pemerhati lingkungan juga mengatakan keberadaan oksigen gelap menunjukkan betapa sedikitnya yang diketahui tentang kehidupan di kedalaman ekstrem ini. Selain itu, mereka juga memperingatkan bahwa penambangan laut dalam menimbulkan risiko ekologi yang tidak dapat diterima.
Baca Juga: Alih-alih Oksigen, Mikroba Ini Malah Bernapas Menghirup Nitrat
"Greenpeace telah lama berkampanye untuk menghentikan penambangan laut dalam di Pasifik karena kerusakan yang dapat ditimbulkannya terhadap ekosistem laut dalam yang rapuh," kata organisasi lingkungan tersebut.
Dengan adanya penemuan oksigen gelap, dikhawatirkan hal ini akan semakin mengancam ekosistem laut dalam.
Penemuan oksigen gelap sendiri terjadi di Zona Clarion-Clipperton, wilayah bawah laut yang luas di Samudra Pasifik antara Meksiko dan Hawaii tersebut semakin diminati oleh perusahaan pertambangan.
Tersebar di dasar laut empat kilometer (2,5 mil) di bawah permukaan laut, nodul polimetalik mengandung mangan, nikel, dan kobalt, logam yang digunakan dalam baterai mobil listrik dan teknologi rendah karbon lainnya.
Sebagai tambahan, penelitian yang menghasilkan penemuan oksigen gelap sebagian didanai oleh bisnis pertambangan laut dalam Kanada, The Metals Company, yang ingin menilai dampak ekologis dari eksplorasi tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh pakar ekologi laut Andrew Sweetman dan timnya tersebut banyak dikritik karena penuh dengan "cacat metodologis."
Michael Clarke, manajer lingkungan di The Metals Company, mengatakan kepada AFP bahwa temuan tersebut lebih dapat dikaitkan secara logis dengan teknik ilmiah yang buruk dan ilmu pengetahuan yang buruk daripada fenomena yang belum pernah diamati sebelumnya.
Keraguan ilmiah
Temuan Sweetman terbukti eksplosif, dengan banyak orang di komunitas ilmiah menyatakan keberatan atau menolak kesimpulannya.
Sejak Juli, lima makalah penelitian ilmiah akademis yang membantah temuan Sweetman telah diserahkan untuk ditinjau dan diterbitkan.
Matthias Haeckel, ahli biogeokimia di Pusat Penelitian Kelautan GEOMAR Helmholtz di Kiel, Jerman mengatakan Sweetman tidak memberikan bukti yang jelas untuk pengamatan dan hipotesisnya.
Baca Juga: Oksigen Gelap Terungkap di Laut Dalam, Masa Depan Bumi Terancam?
Menurutnya, banyak pertanyaan yang masih tersisa setelah publikasi penelitian tersebut. Jadi, sekarang komunitas ilmiah perlu melakukan eksperimen serupa, dan membuktikan atau membantahnya.
Sementara itu, Olivier Rouxel, seorang peneliti geokimia di Ifremer, lembaga nasional Prancis untuk sains dan teknologi kelautan, mengatakan bahwa "sama sekali tidak ada konsensus mengenai hasil ini".
Rouxel menambahkan pengambilan sampel laut dalam selalu menjadi tantangan. Menurutnya, ada kemungkinan oksigen yang terdeteksi adalah "gelembung udara yang terperangkap" dalam instrumen pengukuran.
Dia juga skeptis tentang nodul laut dalam, yang berusia puluhan juta tahun, yang masih menghasilkan arus listrik yang cukup ketika "baterai cepat habis".
"Bagaimana mungkin mempertahankan kapasitas untuk menghasilkan arus listrik dalam nodul yang pembentukannya sendiri sangat lambat?" tanyanya.
Rouxel mengakhiri pendapatnya dengan mengatakan bahwa jenis diskusi bolak-balik seperti ini sangat umum terjadi dalam artikel ilmiah dan hal ini memajukan pokok bahasan.
Baca Juga: Oksigen Misterius Muncul di Laut, Penambangan Dasar Laut Harus Waspada
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR