Nationalgeographic.co.id—Pendaftaran seleksi pelatihan las bawah air baru saja dibuka untuk semua warga oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta secara gratis pada 11 April 2025.
Seleksi tersebut, merujuk akun Instagram Dinas Ketenagakerjaan DKI Jakarta, akan dilakukan di Kantor PPKP Las Condet, Jakarta Timur, pada pukul 08.00 WIB.
"Seleksi pelatihan las bawah air angkatan 1 tahun anggaran 2025 akan segera dilaksanakan," demikian yang tertulis di akun Instagram resmi Dinas Ketenagakerjaan, Selasa (18/3/2025).
Profesi ini sudah dikenal sangat menjanjikan dari sisi pendapatan karena rata-rata mereka dibayar AS$350 atau sekitar Rp5 juta per hari. Namun, di balik itu, tersimpan satu tantangan besar, las bawah air juga diklaim sebagai salah satu profesi paling berbahaya. Kok bisa? Simak uraiannya berikut ini.
Pekerjaan paling berbahaya di dunia
Bayangkan menyelam di bawah air. Anda mungkin membayangkan surga tropis dan pertemuan indah dengan kehidupan laut yang liar dan semarak. Namun, tersembunyi ratusan meter di bawah permukaan yang berkilauan, terdapat dunia lain bagi penyelam.
Mereka tidak berenang dengan tenang di sepanjang terumbu karang yang disinari matahari. Alih-alih menikmati keindahan bawah laut, tukang las bawah air melakukan pekerjaan paling berbahaya di dunia.
“Kami menjaga dunia tetap berjalan di atas air, melakukan kerja keras di bawahnya,” kata penyelam laut dalam dan tukang las bawah air veteran Joseph Purvis. “Saya benar-benar bangga menjadi bagian dari dunia yang mendebarkan itu selama 6 tahun yang sangat menantang.”
Meskipun bahaya pengelasan bawah laut telah menarik perhatian media selama bertahun-tahun. Namun, pengelasan bawah air tentu saja sesuai dengan reputasinya yang berbahaya, karena beberapa faktor yang kompleks dan berbahaya.
Bagaimana cara tukang las bawah air bekerja?
Penyelam memasuki lautan dengan perlengkapan khusus, yang dirancang untuk bertahan di lingkungan laut dalam yang menantang. Berpakaian pakaian selam, mereka melompat dari perahu.
Baca Juga: Selisik Profesi Orang Mesir Kuno, Ada Pembuat Wig dan Pengusir Setan
Para penyelam juga mengenakan helm dengan sistem komunikasi bawaan untuk tetap terhubung dengan tim mereka di atas permukaan. Ada berbagai metode untuk turun tergantung pada kedalaman dan durasi tugas mereka.
“Untuk anjungan minyak, penyelam pertama akan benar-benar turun dari anjungan di bawah laut,” kata Purvis, “dan membuat apa yang disebut downline—tali sepanjang setengah inci yang mencapai perahu.”
Para penyelam kemudian melilitkan jari-jari mereka di sekitar tali dan jatuh bebas ke dasar.
“Bahkan beberapa penyelam olahraga terbaik pun bisa tersesat di bawah laut,” lanjut Purvis. “Jika Anda berbelok ke arah yang salah dan lupa arah yang benar, Anda bisa kehilangan pandangan ke arah kiri atau kanan atau atas atau bawah.”
Sumber oksigen penyelam berbeda dari tabung selam, dan lebih seperti tali pusar. Selang tersebut memasok gas pernapasan dari permukaan ke titik kontrol penyelam. Bak astronot yang berjalan di bulan, yang diikat ke pesawat ruang angkasa. Mereka turun dengan elektroda dan obor di tangan. Keduanya dirancang khusus untuk inspeksi dan perbaikan di bawah ombak.
Dan bekerja di bawah air menghadirkan banyak tantangan yang membutuhkan keahlian. Seperti halnya penyelaman apa pun, peningkatan tekanan air, jika tidak dikelola dengan benar, dapat mengakibatkan masalah fisiologis serius. Misalnya narkosis nitrogen dan penyakit dekompresi.
Visibilitas memperparah tantangan yang dihadapi oleh tukang las bawah air. Mereka kerap kali bekerja di perairan yang keruh dan berawan dengan sinar matahari yang terbatas.
Visibilitas rendah ini membuat sulit untuk mengidentifikasi potensi bahaya atau rintangan. Beberapa penyelam bahkan akan menutup mata mereka saat mengelas agar tetap tenang, sehingga perbaikan hanya bisa dilakukan melalui perasaan.
“Jika keruh, Anda hanya membuang-buang energi untuk mencoba melihat,” kata Purvis. “Sering kali, di bawah sana benar-benar gelap, dan pekerjaan itu semua bergantung pada perasaan.”
Sengatan listrik juga merupakan ancaman di bawah laut karena listrik dapat mengalirkan arus listrik yang deras melalui air di dekatnya. Dan pengelasan pada suhu yang sangat tinggi (5.537 derajat Celsius ke atas) menyebabkan molekul air hidrogen dan oksigen terpisah.
Jika proporsi hidrogen terhadap oksigen mencapai tingkat tertentu, ledakan kecil dan besar dapat terjadi. Untuk mengurangi risiko ini, tukang las bawah air mengandalkan pelatihan ekstensif, peralatan khusus, komunikasi konstan dengan orang-orang di atas permukaan. Mereka juga menggunakan alat las yang disesuaikan.
Baca Juga: Algojo dalam Sejarah Abad Pertengahan, Pekerjaan Berat dengan Gaji Melimpah
Namun, rasa takut adalah bagian dari proses, kata Purvis, yang sering melakukan pengelasan basah selama 10 jam sekaligus. Juga risiko kehilangan sebagian jari kelingkingnya saat menyelam untuk melakukan pengelasan di bawah laut.
“Merasa takut adalah hal yang wajar. Jika ada penyelam yang mengatakan bahwa mereka tidak takut, mereka berbohong,” katanya. “Anda harus melawan arus saat bekerja. Sebagian besar penyelam bahkan kehilangan satu atau dua jari karena ada bagian yang menghancurkan tangan mereka.”
Profesi yang terus berkembang
Pengelasan bawah laut mungkin selalu menjadi pekerjaan yang harus dilakukan oleh manusia, bukan mesin. Menurut para ahli, pekerjaan itu terlalu rumit.
“Pengelasan bawah laut adalah sebuah keahlian,” kata Kevin Peters, seorang tukang las bawah air dan direktur layanan lingkungan di Subsea Global Solutions. “Anda benar-benar harus menyesuaikan diri dengan keahlian dan praktiknya. Sama seperti seorang pelukis atau musisi yang harus bekerja selama 10.000 jam.”
Setiap pekerjaan juga bervariasi dari satu ke yang lain.
“Sebagian besar pekerjaan pengelasan bawah laut adalah untuk perbaikan. Dan dalam kebanyakan kasus dengan robot, proses itu harus semi-otomatis,” kata ahli pengelasan pemenang penghargaan, Uwe Aschemeier. “Perbaikan dalam pengelasan tidak linier atau konstan. Anda benar-benar membutuhkan manusia untuk menilai dan membuat perbaikan.”
Profesi ini digunakan oleh sejumlah sektor. Mulai dari perusahaan minyak yang membangun rig lepas pantai hingga pembuat kapal yang melakukan perbaikan di bawah laut. Metode ini telah muncul sebagai alternatif yang lebih unggul untuk dok kering kapal.
Selain itu juga menghemat waktu dan sumber daya sekaligus memastikan perbaikan yang efisien. Terutama penting dalam industri minyak dan gas, pengelasan bawah laut memelihara infrastruktur kapal besar, reaktor nuklir, jaringan pipa, dan rig minyak lepas pantai.
Untuk membatasi ancaman perubahan iklim global, perusahaan energi didorong untuk menghentikan bahan bakar fosil. Namun, tanpa rig bawah laut dan tongkang minyak, tukang las telah menemukan pekerjaan di sektor energi terbarukan.
Setelah bekerja di bidang pengelasan, Purvis beralih bekerja dengan panel surya, dan baterai.
“Saya memiliki tiga anak dan saya ingin mereka melihat saya pindah ke industri energi terbarukan,” katanya, “untuk tidak hanya mengambil dari bumi dan sumber daya planet kita yang tersedia, tetapi juga menggunakan sumber daya alam untuk menghasilkan energi.”
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR