Alih-alih terbang, makanan mungkin telah memberi burung dorongan evolusi menuju paruh tanpa gigi. Ahli paleontologi telah memperhatikan bahwa beberapa kelompok dinosaurus, termasuk burung, mengembangkan paruh dan kehilangan gigi saat mereka menjadi lebih herbivora.
Ketika kepunahan terjadi, ciri-ciri yang telah dikembangkan burung selama jutaan tahun menentukan hidup dan mati. Meskipun beberapa burung selamat dari dampak dan akibatnya, tidak semuanya selamat.
Seluruh kelompok burung, seperti burung bergigi yang disebut enantiornithes, punah. Tidak mungkin satu ciri tunggal menentukan nasib semua spesies ini. Namun, bertahan hidup dari kepunahan sering kali bergantung pada keberuntungan, dan paruh mungkin menjadi andalan beberapa burung.
Pada akhir Zaman Kapur, burung berparuh sudah memakan makanan yang jauh lebih bervariasi daripada kerabat mereka yang bergigi. Mereka tidak hanya makan serangga atau makanan hewani lainnya, namun mereka juga dapat memakan makanan keras seperti biji-bijian dan kacang-kacangan.
Baca Juga: 3 Dekade Kita 'Dikelabui' Jurassic Park, Ternyata Seperti Ini Suara Asli Dinosaurus
Dan setelah kepunahan, makanan-makanan kecil yang keras dan tahan lama itu membuat burung berparuh dapat melewati masa-masa sulit. Burung berparuh dapat memakan biji-bijian dari hutan yang hancur dan menunggu selama beberapa dekade hingga vegetasi mulai tumbuh kembali. Namun, bukan berarti paruh menjamin kelangsungan hidup dari peristiwa benturan. Burung mirip bebek Vegavis hidup pada akhir Zaman Kapur dan memiliki paruh, namun tidak ada indikasi bahwa burung ini selamat.
Sebaliknya, burung dengan paruh dan ampela kuat yang mampu menghancurkan biji keras memiliki keuntungan tak terduga yang meningkatkan peluang mereka untuk bertahan hidup.
Untuk lebih memahami bagaimana burung berhasil bertahan hidup dan mencari makan di Bumi yang tengah pulih dari salah satu kepunahan massal terburuk sepanjang masa, tugas yang harus dilakukan adalah menemukan lebih banyak fosil dari masa setelah kepunahan massal, dari masa yang disebut Paleosen.
Ahli paleontologi memiliki beberapa contoh fosil burung yang hebat dari sekitar 10 juta tahun setelah bencana (dari masa yang disebut Eosen), tetapi fosil burung dari irisan antara Zaman Kapur dan Eosen bersifat fragmentaris dan sulit ditemukan. Tulang-tulang inilah yang mungkin mengungkap rahasia baru.
Baca Juga: Sains: Mengapa Dinosaurus Tidak Pernah Berevolusi Kembali Setelah Punah?
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR