Di Indonesia, jumlahnya melonjak hampir 250 persen hanya dalam waktu 12 bulan, dengan kontributor terbesar adalah AS, Kanada, Italia, Korea Selatan, dan Inggris. Ini adalah beban yang belum siap ditanggung negara ini, yang sudah berjuang mengatasi sampah domestiknya sendiri dan menjadi penyumbang sampah plastik laut terburuk kedua.
Di Mojokerto, dan provinsi Jawa Timur yang lebih luas dan berpenduduk padat, kekhawatiran meningkat. Yang dipertaruhkan adalah dampaknya terhadap air, tanah, udara, makanan, dan dampak kumulatifnya terhadap kesehatan manusia.
Ada kekhawatiran kesehatan bagi warga pemulung plastik di Desa Bangun dan desa-desa serupa lainnya. Pemeriksaan kesehatan dilakukan secara berkala, tetapi berdasarkan jumlah, itu hanya mencerminkan sebagian kecil orang.
Namun, secara lebih luas, ada risiko mikroplastik (serpihan plastik kecil) menyebar di antara jutaan populasi. Ecoton tengah melakukan penelitian lokal yang menggambarkan gambaran yang mengkhawatirkan untuk masa depan, terutama mengingat kedekatan dan pentingnya Sungai Brantas secara strategis.
Lebih lanjut, laporan DW pada 17 April 2024 juga menyoroti bagaimana sampah Eropa berakhir secara ilegal di Asia Tenggara, termasuk Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Indonesia.
Menurut laporan baru PBB yang memetakan tren perdagangan limbah dari Eropa dan Asia Tenggara, pelaku kriminal mengeksploitasi celah hukum dan struktur bisnis yang sah, menjadikan perdagangan limbah salah satu kejahatan paling signifikan yang dapat memengaruhi lingkungan.
Komisi Eropa memperkirakan bahwa 15 hingga 30% pengiriman limbah dari UE adalah ilegal, menghasilkan pendapatan gelap miliaran euro setiap tahunnya.
Menurut laporan PBB, negara-negara ASEAN secara kolektif mengimpor lebih dari 100 juta ton sampah logam, kertas, dan plastik, yang bernilai hampir 50 miliar dolar AS antara tahun 2017 dan 2021.
Setelah tahun 2018, Indonesia mengalami peningkatan mendadak dalam impor sampah, dengan sampah kertas dan plastik sebagian besar dikirim dari negara-negara Eropa barat, menurut Biro Statistik Indonesia.
Nexus3 menemukan bahwa sampah plastik sering kali mencemari potongan kertas, sehingga menimbulkan ancaman yang mengkhawatirkan bagi lingkungan dan kesehatan di wilayah seperti Jawa atau Sumatra.
Plastik bermasalah dibuang atau disumbangkan oleh perusahaan impor kertas ke masyarakat lokal, yang kemudian terlibat dalam pemilahan dan pembakaran plastik ilegal.
Pembakaran tersebut mengeluarkan dioksin dan zat kimia berbahaya dalam tingkat yang mengkhawatirkan dan akhirnya menyusup ke rantai makanan manusia.
Akibat asap dan makanan beracun, banyak penduduk desa yang terserang penyakit pernapasan dan perut, bahkan kanker, dan harus meninggalkan rumah mereka.
Baca Juga: Kurang dari 2 Jam, River Clean Up di Kali Mookervaart Kumpulkan 2.469 Kilogram Sampah
--
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News: https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR