Berat hewan-hewan ini berkisar dari beberapa pon hingga sekitar 4.000 pon (1,8 ton), dengan yang terbesar di antara mereka memiliki ukuran yang mirip dengan kuda nil atau badak modern.
Sarang mereka bisa berukuran mulai dari sekitar satu kaki (0,3 meter) lebarnya hingga 10 kaki (3 meter) yang sangat besar.
Di sarang yang lebih kecil, kata Zelenitsky, telur-telur bergerombol dengan sedikit atau tidak ada ruang terbuka di bagian tengah.
Seiring dengan bertambah besarnya ukuran dinosaurus dan sarangnya, makhluk-makhluk ini meninggalkan semakin banyak ruang di tengah sarang untuk duduk, sehingga terbentuk tumpukan telur yang rumit.
Sulit untuk mengetahui dengan pasti alasan dinosaurus membangun sarang. "Kebanyakan burung mengerami telur untuk menghangatkan telurnya," kata Zelenitsky, “Namun, kami tidak tahu apakah itu yang terjadi pada oviraptorosaurus. Kami tidak tahu apakah untuk menyediakan tempat berteduh atau perlindungan, atau untuk menghangatkan tubuh.”
Di waktu lain, tim lain mengungkap contoh dinosaurus yang terawetkan dengan baik di dalam sarang, ditemukan di gurun Gobi Mongolia dan dideskripsikan oleh American Museum of Natural History.
Dinosaurus yang dikenal sebagai Citipati osmolskae itu berukuran kira-kira sebesar burung emu. Kemungkinan besar ia terkubur hidup-hidup oleh gundukan pasir yang runtuh, atau mati dalam badai pasir dan kemudian tertutup pasir, sehingga posisinya di sarang tetap utuh.
Sesuai dengan temuan baru lainnya, telur-telur itu disusun membentuk lingkaran dengan bagian tengah yang terbuka, yang kemungkinan dapat menahan setidaknya sebagian dari berat tubuh induknya.
Tidak jelas apakah dinosaurus itu jantan atau betina, namun pada burung modern, pejantan juga merawat sarangnya.
Dinosaurus itu mati dengan lengan seperti sayap yang masih terentang di atas 12 telur. Burung-burung modern menggunakan posisi yang sama untuk menyamarkan telur-telur mereka atau melindunginya dari cuaca dan lingkungan.
Baca Juga: Mungkinkah Embrio Dinosaurus Berusia 70 Juta Tahun Akhirnya akan Lahir?
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan pengetahuan yang mendalam.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR