Nationalgeographic.co.id—Peti jenazah Paus Fransiskus disegel dalam upacara pribadi di Basilika Santo Petrus, setelah sekitar 250.000 pelayat memberikan penghormatan terakhir.
Paus Fransiskus disemayamkan di Basilika Santo Petrus sejak Rabu (23 April 2025). Setelah kerumunan besar pengunjung – totalnya sekitar 250.000 orang – selama 3 hari terakhir, Basilika Santo Petrus kosong saat pelayat terakhir memberikan penghormatan terakhir.
Setelah itu, peti jenazah ditutup, diiringi dengan ritus penyegelan peti jenazah. Ritus tersebut telah dipraktikkan selama ratusan tahun dan memiliki makna simbolis di baliknya.
Ritus penyegelan peti jenazah
Jenazah Paus Fransiskus disemayamkan di depan altar Pengakuan Dosa (Confessio altar) dalam peti jenazah kayu. Tubuhnya dibungkus kasula merah, dengan mitra putih (penutup kepala) dan rosario digenggam di tangannya.
Peti jenazahnya diletakkan di permukaan tanah, tanpa platform khusus yang biasa digunakan untuk jenazah Paus. Ini adalah keputusan Fransiskus sendiri.
Upacara yang dipimpin oleh Kardinal-Camerlengo Kevin Farrell dimulai dengan pembacaan dokumen. Dokumen itu mencantumkan tahapan kehidupan Jorge Mario Bergoglio dan aktivitas terpentingnya sebagai Paus.
Kardinal-Camerlengo menyebutkan, “Kenangan Paus ke-266 tetap berada di hati Gereja dan seluruh umat manusia.”
Di antara tonggak sejarah yang disebutkan adalah kunjungannya ke Jerman pada akhir tahun 1980-an dan karyanya yang beragam di Argentina.
“Dia adalah seorang biarawan yang sederhana dan populer di keuskupan agungnya. Ia bepergian jauh dan luas, bahkan dengan metro dan bus. Dia tinggal di sebuah flat dan menyiapkan makanannya sendiri karena dia merasa seperti orang normal.”
Akta yang merangkum momen-momen penting dalam masa jabatannya itu dimasukkan dalam sebuah tabung dan disegel. Tabung itu pun ditempatkan di dalam peti jenazah.
Baca Juga: Apa yang Unik dari Batu Nisan Paus Fransiskus yang Disebut 'Kejutan Terakhir'?
Uskup Agung Diego Ravelli membentangkan kain sutra putih di wajah Paus Fransiskus.
“Semoga wajahnya, yang telah kehilangan cahaya dunia ini, selamanya diterangi oleh cahaya sejati yang sumbernya yang tak habis-habisnya ada di dalam dirimu,” doa yang dibacakan saat kain sutra putih dibentangkan.
Sementara Kardinal-Camerlengo Farrell memerciki jenazah Paus Fransiskus dengan air suci. Sebuah kantong berisi koin dan medali yang dicetak selama masa kepausannya kemudian ditempatkan di peti jenazah bersama Paus.
Penutup peti yang terbuat seng tersebut kemudian dipasang, bersama dengan salib dan lambang kebesaran Fransiskus. Di atas petutup seng, terdapat sebuah plakat dengan nama Paus dan lamanya hidupnya serta pelayanan Petrus. Selama ritus, mazmur-mazmur dinyanyikan.
Setelah penutup seng tersebut disegel, segel Kardinal-Camerlengo dan Prefektur Rumah Tangga Kepausan, Kantor Perayaan Liturgi dan Kapitel Vatikan dicetak. Peti mati kayu, yang memiliki salib dan lambang kebesaran Paus yang telah meninggal, kemudian disegel.
Upacara yang berlangsung secara tertutup itu diiringi dengan beberapa lagu pendek, doa lisan, dan momen hening untuk berdoa.
Ritual diakhiri dengan nyanyian pujian kepada Maria.
“Pada malam hari, doa bersama dilakukan di dekat jenazah Paus Fransiskus. Doa itu dilakukan bersamaan dengan persiapan Misa Kudus pada Sabtu pagi,” kata Vatikan dalam sebuah pernyataan setelah ritus berakhir.
Upacara pemakaman Paus Fransiskus dilaksanakan pada hari Sabtu di tangga luar Basilika Santo Petrus pukul 10 pagi waktu setempat. Upacara tersebut akan menandai dimulainya tradisi kuno Novendiales, yaitu sembilan hari berkabung untuk mendiang Paus.
Makna menutupi wajah Paus Fransiskus dengan kain putih
Ada sejumlah ritual yang dilakukan sebelum peti jenazah yang berisi tubuh seorang paus yang telah meninggal ditutup.
Baca Juga: Mengapa Raja Charles Tidak Diizinkan Menghadiri Pemakaman Paus Fransiskus?
Salah satu ritual yang pertama kali dilakukan saat kematian Paus Yohanes Paulus II (2005) adalah menutupi wajah Paus dengan kain putih. Sejak itu, ritual ini pun diterapkan pada jenazah Paus Benediktus XVI (2022) dan Paus Fransiskus (2025).
Namun, apa makna dari menutup wajah dengan kain putih sebelum seorang paus dimakamkan?
Belum ada penjelasan resmi dari pihak Takhta Suci (Holy See). Namun dilansir dari laman Catholic Trends, tindakan ini memiliki makna spiritual yang dalam. Ritual ini mungkin berkaitan dengan Korintus 3:16-18 yang berbunyi, “Mereka akan berbalik kepada Tuhan dan Ia akan menyingkirkan tabir dari wajah mereka.”
Catholic Trends menyebutkan bahwa ini adalah makna spiritual dari tindakan tersebut. Kematian bagaikan tabir yang menghalangi kita (menutupi wajah) untuk melihat Tuhan. Dan hanya Tuhan yang dapat menyingkirkan tabir ini dari wajah kita pada Hari Kebangkitan.
Penutupan wajah Paus Benediktus XVI diiringi dengan doa berikut,
“Tuhan Yang Mahakuasa, Tuhan kehidupan dan kematian, kami percaya bahwa kehidupan Bapa Suci Benediktus XVI kini tersembunyi di dalam-Mu. Semoga wajahnya merenungkan keindahan-Mu.”
Hal itu dilakukan sebagai simbol kekuatan dan perlindungan Tuhan, dan juga makam Kristus—sebuah ekspresi kepercayaan pada Kebangkitan.
Perjalanan terakhir Paus Fransiskus dari Basilika Santo Petrus
Peti jenazah Paus akan diarak pada hari Sabtu (26 April 2025) setelah upacara pemakamannya di Lapangan Basilika Santo Petrus. Dari Lapangan Basilika Santo Petrus, peti jenazah dibawa ke Basilika Santa Maria Maggiore, tempat ia akan dimakamkan.
Tempat peristirahatan terakhirnya, di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, juga akan bergaya sederhana. Tempat itu akan terbuat dari marmer dari Liguria, Italia utara, tempat asal keluarga dari pihak ibu. Ia meminta agar makam itu tidak diberi hiasan yang berlebihan, melainkan hanya menyertakan gambar salib yang dikenakannya saat menjabat sebagai Uskup Agung Buenos Aires dan tulisan Latin nama kepausannya: Franciscus.
Selamat jalan, Bapa Suci!
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | Vatican News |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR