Paus Julius II, pelindung Michelangelo, dimakamkan di Santo Petrus, tetapi anehnya makam monumentalnya berada di tempat lain sepenuhnya. Monumen besar, tempat Michelangelo bekerja selama hampir empat dekade, dinilai terlalu megah oleh penerus Julius. Penerusnya kemudian memerintahkan makam dibangun di seberang kota di gereja San Pietro di Vincoli. Namun makam itu tidak berisi penghuninya dan hanya berupa “simbol” belaka.
Namun dari semua jenazah kepausan di Santo Petrus, jenazah Paus Formosus, yang memerintah dari tahun 891-96, memiliki petualangan postmortem terbanyak. 7 bulan setelah kematiannya, penerus Formosus, Stephen VI, memerintahkan agar jasadnya digali. Jasad Formosus kemudian diberi jubah kepausan dan diadili atas tuduhan merebut jabatan kepausan.
Meskipun ada upaya dari seorang diaken yang ditunjuk untuk membela Paus yang telah meninggal itu, Formosus dinyatakan bersalah. Jubah kepausan dilucuti dan diberi kain compang-camping. Tiga jari tangan kanannya, yang pernah digunakannya untuk memberkati, dipotong. “Jasadnya dibuang ke Sungai Tiber,” ungkap Matthews.
Namun jasad mendiang Paus yang malang itu terhanyut ke hilir. Jasad yang tergenang air itu dilaporkan masih melakukan mukjizat. Pemberontakan publik menggulingkan dan memenjarakan Paus Stephen, yang dicekik di penjara pada tahun 897. Di saat yang sama, jasad Formosus dikembalikan ke Basilika Santo Petrus.
Ratu Christina dari Swedia yang diasingkan dan para penggugat takhta Inggris dari keluarga Stuart juga dimakamkan di Basilika Santo Petrus. Ada sejumlah bangsawan dimakamkan di daerah kantong kecil tepat di sebelah basilika yang dikenal sebagai Teutonic Cemetery.
Pengaturan pemakaman Paus Fransiskus yang berbeda dari tradisi pendahulunya
Dan sekarang Paus Fransiskus telah bergabung dengan 265 pendahulunya. Semasa hidupnya, Paus Fransiskus kerap tidak mengikuti beberapa tradisi. Pada pemilihannya sebagai paus pada tahun 2013, ia bersikeras untuk naik bus bersama para kardinal lainnya kembali ke penginapan mereka. Paus Fransiskus juga membayar tagihan penginapannya.
Sang Paus menolak untuk pindah ke apartemen kepausan yang mewah di Istana Apostolik. Alih-alih tinggal di kediaman megah, ia memilih wisma tamu di halaman Vatikan. Paus Fransiskus juga membuka kediaman musim panas kepausan yang megah di Castel Gandolfo di perbukitan selatan Roma untuk umum.
Maka, tidak mengherankan bahwa pengaturan Fransiskus untuk pemakamannya sendiri pun berbeda dengan kebiasaan yang ada. Ia ingin kepergiannya dari Vatikan menjadi sesederhana seperti kedatangannya.
Pemakaman kepausan secara tradisional merupakan urusan kerajaan—secara harfiah. Pasalnya, hingga pertengahan abad ke-19, para Paus Roma juga merupakan raja temporal dari sebagian besar wilayah Italia tengah. Bahkan pendahulu Fransiskus, Paus Benediktus XVI, dimakamkan dalam tiga peti mati dari kayu cemara, timah, dan elm. Peti jenazah Paus Benediktus XVI diisi dengan kantong-kantong koin kepausan untuk setiap tahun pemerintahannya. Jenazahnya dipajang di atas peti jenazah yang ditinggikan di Basilika Santo Petrus.
Tidak ada kemegahan seperti itu bagi Paus Fransiskus. Jenazahnya disemayamkan selama 3 hari di Basilika Santo Petrus dalam peti mati kayu polos yang diletakkan di lantai.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR